Opini

Memahami Siswa Ala Pembelajaran Berdiferensiasi

Oleh : DEDI SETIAWAN-Guru SMKN 7 Pinrang

Di awal tahun 2022, Dunia Pendidikan melalui Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi mengagas pengembangan kurikulum prototipe sebagai opsi dalam pemuliahan pembelajaran, sebuah kurikulum dengan fokus kepada pembelajaran berbasis projek, materi essensial dan fleksibel. Kurikulum Prototipe adalah ikhtiar dunia pendidikan dalam mengejar dan menggurangi gap pada Learning Loss akibat pandemi  yang melanda Indonesia dan dunia. Fleksibel dalam pembelajaran adalah hal menarik bagi guru dibanding  memenuhi standar pembelajaran yang kaku.

Awal semester genap tahun pelajaran 2021/2022  adalah momen paling menentukan dalam merancang pembelajaran.  Apakah pembelajaran di pendidikan kita hanya mengejar ketuntasan materi yang ada pada kurikulum? Atau apakah kita sudah memahami siswa dalam menyusun pembelajaran?, apakah pembelajaran kita berdampak ? adalah pertanyaan –pertanyaan yang harus dikedepankan dalam mencapai tujuan pendidikan.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang dewasa ini banyak diperbicangkan oleh pendidik adalah Pembelajaran berdiferensiasi. Menurut Tomlinson Diferentiation is an instructional approach to help teacher teach with individuals as well as conten in mind. Diferensiasi berarti mencoba memastikan bahwa pengajaran dan pembelajaran bekerja untuk seluruh siswa, benar-benar harus menjadi tujuan kita sebagai guru. Setidaknya ada empat karakteristik pembelajaran Berdiferensiasi atau yang Tomlinson perkenalkan dengan istilah Differentiated Instruction yaitu pembelajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok, evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar siswa diakomodasi dalam kurikulum, pengelompokkan siswa secara fleksibel, serta siswa secara aktif bereksplorasi di bawah bimbingan dan arahan guru sebagai fasilitator pembelajaran.

Dalam memetakan kebutuhan siswa hal yang menjadi titik fokus adalah Kesiapan peserta didik, minat dan profil belajar murud. Tiga hal ini harus diidentifikasi seorang pengajar sebelum menerapkan atau merancang pembelajaran agar siswa merasa dipahami dan memudahkan dalam mencapai tujuan belajar bersama. Kesiapan belajar (Readiness) adalah kapasitas siswa untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membuat murid keluar dari zona nyaman, hal ini dapat membuat siswa menguasai materi baru ketika didukung oleh lingkungan belajar yang memadai. Tujuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa berdasarkan tingkat kesiapan belajar tidak lain untuk memodifikasi tingkat kesulitan bahan pembelajaran sehingga memastikan kebutuhan belajr murid terpenuhi (Joseph,Thomas 2013). Praktik menentukan kesiapan siswa pada suatu materi bisa guru lakukan dengan memberikan assesmen awal. Sebuah pre assesmen singkat untuk menentukan apa yang dipahami siswa tentang topik dan mengamati siswa ketika menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas, guru bisa bertanya tentang apa yang diketahui siswa.

Dalam menentukan kesiapan belajar siswa guru bisa menggunakan tombol equalizer yang Tomlinson rangkum melalui enam item yaitu apakah kesiapan siswa bersifat mendasar-bersifat transformatif, kongkret-abstrak, sederhana-kompleks, terstruktur-terbuka, tergantung-mandiri dan lambat-cepat. Proses menentukan kesiapan belajar memang bukan perkara mudah tetapi sangat menentukan dalam perancangan pembelajaran.

Poin berikut setelah mengetahui kesiapan belajar adalah mengidentifikasi minat siswa. Minat adalah motivator penting bagi siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, dengan mengenal minat siswa, seorang guru dapat merencanakan pembelajaran yang Interesting dan bermakna. Pengakuan terhadap minat siswa dapat memacu motivasi mereka untuk belajar. Menentukan minat siswa bisa kita lakukan dengan memberikan survey, kuisioner atau pertanyaan yang menghubungkan minat siswa terhadap sebuah materi pembelajaran. Yang ketiga adalah mengetahui Profil siswa. Preferensi belajar merupakan kecendrungan cara-cara tertentu yang digunakan siswa dalam memproses apa yang harus dipelajari. Preferensi atau profil belajar terdiri dari gaya belajar, kecerdasan dan lingkungan siswa. Lingkungan melibatkan kondisi dimana siswa belajar yang terbaik, ada siswa yang lebih suka diam dalam bekerja, ada siswa lebih senang bersuara, siswa yang lebih suka lingkungan terstruktur dan terang atau siswa yang lebih suka santai di sudut dengan pencahayaan yang tenang. Profil siswa bisa kita lihat dari gaya belajar yang biasanya berbanding lurus dengan kecerdasan siswa. Setiap siswa istimewa, setiap siswa mempunyai kecerdasan dari banyak kecerdasan majemuk atau multiple Intellegences dan yang terakhir preferensi lingkungan siswa baik lingkungan keluarga maupun lingkungan social.

Menurut penulis, pekerjaan besar seorang guru setelah melakukan identifikasi kebutuhan siswa adalah melakukan strategi pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran adalah PB atau pembelajaran berdiferensiasi. Difrerensiasi setidaknya ada tiga yaitu diferensiasi Konten, Proses dan Produk. Diferensiasi konten berhubungan dengan akses belajar dan materi pelajaran, diferensiasi proses berhubungan dengan cara memahami sesuatu sedangkan diferensiasi produk berhubungan dengan hasil belajar murid. Guru bisa melakukan differensiasi konten dengan menggunakan bahan bacaan pada berbagai tingkat keterbacaan, menyediakan bahan ajar yang vareatif, mempresentasikan ide atau materi melalui sarana pendengaran dan penglihatan, menggunakan teman baca atau menggunakan small group. Sedangkan untuk diferensiasi proses guru bisa menggunakan kegiatan berjenjang, menyediakan pusat minat, menawarkan dukungan langsung atau memvareasikan waktu untuk menyelesaikan tugas. Untuk diferensiasi hasil karya siswa atau produk guru bisa menerapkan dengan cara memberi siswa pilihan cara mengekspresikan kebutuhan pembelajaran , menggunakan rubrik yang cocok, memberi pilihan siswa bekerja mandiri atau kelompok.

Pembelajaran berdiferensiasi pada intinya adalah sebuah respon guru dalam memodifikasi pembelajaran sesuai kebutuhan siswa, pembelajaran yang berpihak pada siswa, pembelajaran yang mengikuti kodrat zaman dan kodrat alam sebagaimana filosofi pendidikan Ki hadjar Dewantara dengan tujuan pendidikan untuk menuntun segala kodrat yanga ada pada siswa agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik secara individu maupun sebagai bagian dari masyarakat.

Tugas guru bukan tidak sulit, tetapi guru adalah timbangan emas yang harus berdaya, bergerak dan berdampak. Guru adalah pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan mulia pendidikan, guru adalah garda terdepan dalam mewujudkan wajah bangsa Indonesia. Selamat berkreatif bapak ibu guru. (Dedi Setiawan)

*Diolah dari berbagai sumber.

Facebook Comments
What's Your Reaction?
+1
1
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Adblock Terdeteksi !

Maaf Matikan dulu Adblock anda