Sekolah Rakyat, Pilar Penjaga Harapan Bangsa

SINJAI, Dunia Pendidikan – Di tengah kabut tipis yang menyelimuti dataran Sinjai di pagi hari, denyut kehidupan di Sekolah Rakyat Terintegrasi 63 Sinjai sudah berdetak kencang, jauh sebelum bel masuk kelas berbunyi. Di sini, pendidikan bukan sekadar transfer ilmu pengetahuan dari buku tebal ke lembar ujian. Di sini, pendidikan adalah sebuah nafas kehidupan yang panjang, sebuah proses menempa manusia yang utuh.
Sekolah Rakyat di Kab. Sinjai hadir dengan sebuah premis yang sederhana namun revolusioner : Pendidikan tidak berhenti di ruang kelas. Model pembelajaran yang diterapkan dirancang secara holistik, sebuah anyaman erat yang menggabungkan ketajaman akademik, kokohnya pembentukan karakter, dan disiplin pembiasaan hidup sehari-hari. Karena murid-murid ini tinggal dalam sistem asrama, sekolah bertransformasi menjadi rumah. Dan sebagaimana layaknya sebuah rumah, semua dinamika didalamnya bertumpu pada satu hal fundamental : Kedekatan.

Jantung Bernama Wali Asuh
Jika kurikulum adalah otak dari sekolah ini, maka Wali Asuh adalah Jantungnya. Tanpa kehadiran mereka, Sekolah Rakyat hanyala bangunan asrama dingin tanpa jiwa. Di sinilah peran Vital itu dimainkan.
Wali Asuh di Sekolah Rakyat Terintegrasi 63 Sinjai, adalah personifikasi dari dedikasi tersebut. Bagi murid-muridnya, Wali Asuh bukanlah sekadar pengawas yang membawa daftar absen atau penegak disiplin yang kaku. Ia adalah ” Ibu dan Bapak “.
” Menjadi Wali Asuh itu bukan pekerjaan ‘ 9 to 5 ‘. Ini adalah panggilan hati ,” Ujar Andi Ika sapaan akrabnya dengan tatapan hangat, sembari merapikan kerah seragam salah satu anak asuhnya. ” Ketika orang tua mereka melepaskan anak-anak ini di gerbang sekolah, amanah itu pindah ke pundak kami. Kami bukan hanya memastikan mereka belajar matematika atau sains, tapi kami hadir untuk memastikan mereka makan dengan teratur, tidur dengan nyenyak, dan bangun dengan semangat. “
Setiap harinya, peran Ibu Andi Ika bersama dengan Wali Asuh lainnya melampaui deskripsi pekerjaan formal. Mereka hadir untuk menyeimbangkan tumbuh kembang murid. Ada saatnya mereka harus mengarahkan ketika murid mulai kehilangan fokus. Ada saatnya mereka harus mendengar keluh-kesah -mulai dari kerinduan pada kampung halaman hingga kesulitan memahami pelajaran. Ada pula saatnya mereka harus menguatkan mental anak yang sedang rapuh, sekaligus menemani setiap langkah kecil murid menuju kedewasaan.

” Anak-anak ini sedang dalam masa pencarian jati diri. Mereka butuh sosok yang bisa dipegang, sosok yang nyata hadir secara fisik dan emosional di samping mereka,” Tambah Andi Ika kepada Wartawan Dunia Pendidikan. “Kedekatan inilah yang membuat nasihat kami didengar. Bukan karena takut, tapi karena rasa hormat dan kasih sayang.
Visi Sang Nahkoda : Membangun Manusia Utuh
Di balik oprasional harian yang penuh dinamika ini, terdapat visi besar yang dijaga oleh Kepala Sekolah Rakyat yang dinahkodai, Bapak Rahmat Surianto, S.Pd., M.M. Beliau menyadari bahwa tantangan masa depan tidak bisa dijawab hanya dengan nilai akademis yang tinggi.
” Dunia berubah cepat. Pintar saja tidak cukup. Kita butuh anak-anak yang tangguh, mandiri, dan punya integritas ,” Tegas Bapak Rahmat panggilan akrabnya saat ditemui di ruang kerjanya.
Bagi Bapak Rahmat Surianto, Sekolah Rakyat adalah laboratorium kehidupan. Konsep asrama (boarding) bukan sekadar tempat menginap, melainkan ” kawah candradimuka ” tempat karakter ditempa 24 jam sehari.
” Peran semua Wali Asuh adalah Sentral. Merekalah ujung tombak dari visi sekolah ini ,” Jelas Rahmat. ” Kami merancang sistem dimana Wali Asuh adalah orang tua kedua. Mengapa ? Karena pendidikan karakter itu tidak bisa diceramahkan. Karakter itu menular melalui teladan dan interaksi intens. Ketika seorang murid melihat Wali Asuhnya bangun pagi, beribada, berkata sopan, dan peduli, murid itu akan menirunya tanpa sadar. “
Kepala Sekolah Rakyat, menekankan bahwa sinergi antara Kepala Sekolah, guru di kelas, Wali Asuh, Wali Asrama, dan yang lainnya adalah kunci.” Di kelas, guru mengasah logika. Di asrama, Wali Asuh mengasa nurani dan kemandirian. Ketika keduanya bertemu, lahirlah manusia yang seimbang.”

Membentuk Kemandirian dan Integritas
Salah satu pemandangan paling inspiratif di Sekolah Rakyat Terintegrasi 63 Sinjai adalah rutinitas ” pembiasaan hidup ” yang dijalani murid.
Di bawah bimbingan semua Wali Asuh, tidak ada lagi anak yang manja. Sejak bangun tidur, mereka diajarkan untuk bertanggungjawab atas diri sendiri dan lingkungannya. Mereka merapikan tempat tidur, mengelola pakaian kotor, antre dengan tertib saat makan, hingga belajar memecahkan konflik dengan teman asrama secara dewasa.
” Kami menanamkan integritas dari hal-hal kecil ,” cerita Andi Ika. ” Misalnya, jujur saat menemukan barang teman yang tertinggal, atau disiplin waktu ibadah tanpa harus diteriaki. Awalnya mungkin berat bagi mereka, tapi lama kelamaan itu menjadi karakter yang melekat.”
Proses menjadi pribadi yang mandiri ini tidak instan. Ada air mata, ada rasa lelah, dan ada gesekan. Namun, kehadiran Wali Asuh yang sabar ” mengelap keringat dan air mata ” mereka membuat proses berat itu terasa lebih ringan. Wali Asuh hadir untuk memvalidasi perasaan mereka, mengatakan bahwa ” tidak apa-apa merasa lelah, tapi jangan menyerah. “
Pilar Penjaga Harapan
Sekolah Rakyat, dengan segala kesederhanaan dan kedelamannya, sesungguhnya sedang menjalankan misi besar bagi negara. Di tangan Bapak Rahmat Surianto, semua guru, wali asuh, wali asrama, dan seluruh elemen sekolah, sedang dipersispkan calon-calon pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas otaknya, tapi juga “hidup” hatinya.
Mereka membuktikan bahwa pendidikan berkualitas adalah pendidikan yang memanusiakan manusia. Pendidikan yang menyentuh relung hati melalui kedekatan yang tulus.
Saat matahari mulai terbenam dilangit Sinjai, dan lampu-lampu asrama mulai menyala, terlihat para Wali Asuh sedang duduk melingkar bersama anak-anak asuhnya, tertawa mendengarkan cerita mereka hari itu. Di momen itulah terlihat jelas kebenarannya Wali Asuh, Wali Asrama, dan yang lainnya bukan hanya bagian dari program. Mereka adalah nyawa dari Sekolah Rakyat. Dan Sekolah Rakyat, adalah pilar kokoh yang menjaga harapan bangsa ini agar tidak pernah padam # Andi Nasar ( Kabiro MDP Wilayah V )



