LITERASI

CERDAS LITERASI UNGGUL PRESTASI

Dra. Sitti Dahlia Azis – Guru SMAN 3 Pinrang di TPN XII di Kab Pinrang-Sulawesi Selatan

Jazakallahu khairan. Temu Pendidik Nusantara (TPN) XII di indoor kantor bupati Pinrang terselenggara dengan lancar dan sukses pada hari Minggu 22 Juni 2025.

Pada kelas berbagi praktik baik ada sebuah tema yang diangkat pada Temu Pendidik Nusantara XI di indoor Kantor Bupati Pinrang. Tema yang indah “Cerdas Literasi, Unggul Berkarya”,  sub tema adalah Keraguan Untuk Membukukan Karya.

Melihat tema ini Dra. Sitti Dahlia Azis, guru SMA Negeri 3 Pinrang sekaligus founder Komunitas Literasi Sulawesi Selatan yang lebih akrab disebut KLSS Sitti Dahlia Azis yang sering dipanggil dengan sebutan ibu Dahlia atau Bunda Siti, terpanggil untuk memotivasi rekan guru yang hadir di indoor pada hari itu, membludak dari jumlah 780 orang menjadi lebih 1000 orang mengkaji hal ini dan masuklah dalam seleksi pembicara di TPN XII di Kabupaten Pinrang. Jumlah peserta dibagi ke dalam 6 kelas. Kelas A ada di lantai 2, yang lainnnya ada di sekitaran panggung.

Setelah ibu Ratnawati (SMAN 1 Pinrang) mengkaji best praktis Matematika, Aku banget, pemandu kelas F membacakan CV singkat Ibu Dahlia. Di sana tertulis lengkap instansi: SMAN 3 Pinrang, Komunitas: Komunitas  literasi Sulawesi Selatan dan membukukan karya 123 judul. Di saat disebutkan 123 judul audience bertepuk tangan kagum. Selanjutnya Sitti Dahlia dipersilakan mempresentasikan tuliskan selama 10 menit.

Dahlia memulai Dengan mengucapkan “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sehat sejahtera jangan lupa bahagia. Tadi pemandu menyebutkan jumlah buku 123 itu adalah CV lama pada tahun 2024, dalam ppt ada tertulis 165 judul buku. Pada waktu itu Dahlia memperhatikan tak ada yang bertepuk tangan semuanya diam entah apa yang dipikirkan. Mungkin kagum atau ada perasaan penasaran?

Selanjutnya setelah audience yang terdiri dari guru-guru hebat kabupaten Pinrang sekitar 150 orang, fokus pada pembicara  dia melanjutkan “kata literasi terkadang dikonotasikan dengan kata menulis. Sesungguhnya literasi itu memiliki makna yang luas. Seseorang bisa mengamati,  menganalisa,  membaca menyimpulkan dan menuliskan ide yang ada bahkan wisata literasi juga dibutuhkan. Dengan refreshing ide itu bisa tertuang disebabkan adanya kesan yang tertanam di hati karena pertemuan. Perlu menulis karena dengan menulis dan membukukan karya dapat mengabadikan ide dan karya kita yang kelak akan menjadi warisan bagi generasi mendatang.” Namun, menulis itu juga tak semudah membalikan telapak tangan. Ada tantangan yang penulis hadapi seperti dalam berkarya, kehilangan ide akhirnya karyanya tidak dilanjutkan. Mari kita kilas balik dengan pengalaman masa-masa muda kita sering mencoret-coret apakah itu dalam selembar kertas ataukah dalam buku harian kita. Tetapi beberapa hari kemudian atau saat itu juga kita buang ke tempat sampah. Tidak dibukukan karena butuh dana apalagi kalau tak punya wadah untuk berkarya bersama dengan membuat buku antologi.

Karya yang mandek, tinggal coretan pena

Ini dikarenakan tidak ada teman yang memotivasi, tidak ada teman berbagi maka jalan keluarnya adalah bergabung di sebuah sanggar atau komunitas yang bisa memberikan kita bimbingan belajar sastra. Sastra di sini adalah fiksi dan nonfiksi. Karya fiksi itu seperti cerpen, puisi atau skenario film sedangkan non fiksi berupa membuat artikel opini atau biografi.

-Kehilangan diksi, kurangnya minat baca

Karya mandek karena kekurangan diksi memang. Kita butuh pelatihan. Pembiasaan kita awali dengan mencatat ide yang muncul kapan dan di mana saja kita bisa bawa semacam catatan. Lalu, pada waktu senggang catatan yang kita buat itu kita kembangkan. Apakah masih sulit?

Belajar dari pengalaman saya menuliskan itu tidak harus mengetik tapi saya memakai voice note.

Nah untuk mengatasi kemalasan menulis atau berliterasi saya mencoba sebuah kiat di sekolah yakni dengan berdiskusi di wa. Caranya, kita contohkan:

-guru memantik siapa yang punya kuota internet?

-siswa dikelompokkan sesuai jumlah teman yang dibahas, misalnya 5 kelompok (tentu yang memiliki kuota internet diberi teman yang tidak punya kuota)

-guru memberikan tema yang akan dikaji sebagai bahan diskusi berikutnya.

-siswa diminta menguraikan bagian-bagian dari tema yang diberikan lalu share ke grup kelas

-guru mapel memantau lewat WA kelas itu kelompok mana yang belum menshare. Nama anggota kelompok juga dicantumkan di dalam jawaban.

-Guru berjalan mendekati siswa yang kelihatan masih mager. Menanyakan apa kendalanya setelah itu guru mengajarkan membuat perintah atau pesan di chat GPT.

Setelah semua kelompok menshare jawaban diberi like oleh guru. Setelah itu guru meminta agar siswa membaca materi di grup. Setelah selesai membaca guru meminta HP ditutup.

Langkah selanjutnya guru membuat pertanyaan untuk setiap kelompok. Dan diminta kepada kelompok manapun menjawab pertanyaan ini. Pada keadaan seperti ini siswa berlomba untuk mendapatkan like super (❤️). Tentu saja siswa mau kelompoknya diberi like atau boleh juga menjawab perorangan dan itu lebih seru dan bangga. Ada yang berkata di kelompok Bu saya belum dapat like supernya. Guru membalas “Iya ananda jawab lagi dengan dua kali postingan’.

Semakin seru karena Guru juga meminta pertanyaan dari siswa Siapa yang bertanya atau menanggapi itu mendapat like super tadi siswa berlomba untuk memperbanyak like supernya. Semakin seru. Setelah siswa menjawab guru membuat penguatan. Setelah mereka berhasil guru memulai membuat stiker yang manis. Ada stiker bertuliskan kasih menyala, pantang menyerah, atau Ewako.

Refleksinya tips seperti ini mengurangi siswa bermain game tadi memanfaatkan androidnya untuk pembelajaran di samping itu mereka juga tidak mengantuk lagi karena guru memantau dan mendekati siswa yang masih mager. Hanya perlu di sini dipersiapkan sebelum belajar sambil bermain itu perlu disiapkan kuota. Semoga inovasi ini dapat memotivasi rekan guru yang kewalahan mengajar di jam terakhir (jam 14.30-16.00)

Jadi di sini cerdas literasi seperti tadi dikatakan bukan hanya membaca menulis apa pula yang bisa kita tuliskan jika kita malas membaca. Ide-ide itu dapat muncul dengan cara membaca, mengamati dan menganalisa. Mari sahabat hadapi tantangan di era digital ini dengan cerdas literasi agar tercapai impian seperti slogan komunitas literasi Sulawesi Selatan berkolaborasi dalam cinta berkarya meraih impian.

Belum cukup rasanya menceritakan pengalaman-pengalaman yang ada, diantaranya lolos penetapan karya sastra Disdik Sulsel 2023, yang lain misalnya dua kali juara umum 1 lomba menulis puisi nasional, tahun 2024 penulis terbaik cerpen dan penulis terbaik puisi 2025. Kalau dikatakan prestasi syukron  … yang ada hingga saya bisa menginjakkan kaki di Tangerang menghadiri seminar HGN 2022 dan Puncak acara HGN 2022 di jl Expo, di sini saya difasilitasi oleh negara berkah kerjasama dengan Komunitas Kami Pengajar Indonesia, terpilih sebagai guru inspiratif literasi 2023, guru kebangsaan Bhinneka itu kita (BAIK) 2024

Sukses ki semua

Jangan lupa bahagia Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Facebook Comments
What's Your Reaction?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Adblock Terdeteksi !

Maaf Matikan dulu Adblock anda