Dari Sumpah Pemuda ke Ruang Kelas Inklusif

Oleh: Sudarmin Tandi Pora’ – Pendidik di SMK Negeri 1 Tana Toraja
Delapan puluh enam tahun lalu, sekelompok pemuda dari berbagai latar suku, bahasa, dan keyakinan berdiri di atas semangat yang sama: Indonesia. Mereka menanggalkan sekat primordial demi satu cita-cita besar, menjadi bangsa yang merdeka, bermartabat, dan beradab. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 bukan sekadar peristiwa sejarah, melainkan momentum lahirnya kesadaran kebangsaan yang menembus batas-batas perbedaan.
Kini, delapan dekade lebih setelah ikrar itu bergema, kita dihadapkan pada tantangan baru: bagaimana menerjemahkan semangat Sumpah Pemuda ke dalam ruang-ruang kelas kita? Bagaimana menjadikan sekolah, khususnya ruang kelas — sebagai tempat di mana nilai kebinekaan dan inklusivitas tidak hanya diajarkan, tetapi juga dihidupi?
Semangat Sumpah Pemuda dalam Kelas Masa Kini
Anak-anak kita hari ini tumbuh dalam lingkungan sosial yang lebih kompleks dibanding generasi sebelumnya. Mereka terhubung dengan dunia digital yang tak mengenal batas, tetapi sering kali juga terjebak dalam polarisasi sosial dan stereotip. Dalam konteks seperti ini, guru ditantang untuk tidak sekadar menjadi pengajar mata pelajaran, tetapi juga penjaga nalar kebangsaan dan pembentuk karakter kebinekaan.
Kelas yang inklusif bukan hanya ruang di mana semua siswa boleh duduk bersama. Ia adalah ruang yang memberi tempat bagi setiap anak untuk dihargai, didengar, dan diberi kesempatan berkembang sesuai potensinya. Di sinilah makna Sumpah Pemuda menemukan bentuk barunya: bukan lagi sekadar sumpah lisan, melainkan komitmen harian untuk memperlakukan setiap individu sebagai bagian dari “satu bangsa Indonesia”.
Belajar dari Keragaman
Mengajar di manapun akan memberi pengalaman tersendiri tentang makna kebinekaan. Di ruang kelas akan kita temukan siswa dengan background yang beragam. Agama dan suku serta strata sosial yang lengkap dengan kompleksitas kehidupan mereka masing-masing. Mereka akan hadir dengan bahasa, cara berpikir, dan kebiasaan yang berbeda, namun semuanya bersatu dalam satu ruang belajar yang sama.
Di sinilah peran guru diuji. Tidak cukup sekadar “adil”, guru perlu hadir dengan empati, memahami bahwa keberagaman bukan hambatan, tetapi sumber kekayaan sosial. Kadang, satu candaan kecil tentang perbedaan bisa menimbulkan luka. Namun satu pujian tulus atas keberhasilan kecil bisa menumbuhkan rasa percaya diri yang besar. Inilah seni menjadi guru inklusif: peka terhadap keragaman tanpa kehilangan arah dalam membentuk karakter bangsa.
Mengajar dengan Nilai, Bukan Sekadar Materi
Menghadirkan semangat Sumpah Pemuda di kelas berarti menanamkan nilai kebangsaan dalam setiap proses belajar. Saat siswa bekerja dalam kelompok lintas latar belakang, mereka sedang mempraktikkan persatuan. Ketika mereka belajar menghargai pendapat teman, itu adalah latihan demokrasi kecil yang menumbuhkan empati sosial.
Guru bisa mulai dari hal sederhana: membiasakan diskusi dengan bahasa santun, menghargai perbedaan pendapat, atau memberi ruang bagi siswa berkebutuhan khusus untuk menampilkan karyanya tanpa stigma. Kelas inklusif tidak harus mewah, tetapi harus ramah. Ia tidak selalu butuh teknologi canggih, tetapi selalu butuh hati yang lapang.
Ruang Kebangsaan Bernama Sekolah
Sekolah sejatinya adalah “Ruang kebangsaan”; tempat di mana nilai-nilai persatuan, gotong royong, dan cinta tanah air ditempa setiap hari. Jika Sumpah Pemuda lahir dari kesadaran untuk bersatu, maka kelas inklusif adalah upaya melanjutkan kesadaran itu dalam praktik pendidikan.
Kita tidak perlu menunggu momentum besar untuk memulainya. Setiap kali guru menegur dengan kasih, mendengar keluh siswa dengan sabar, atau memberi kesempatan sama bagi semua anak untuk tampil, di situlah semangat Sumpah Pemuda bekerja secara nyata.
Bangsa ini tidak dibangun oleh slogan, melainkan oleh ketulusan orang-orang yang percaya bahwa pendidikan bisa menjadi jembatan antarperbedaan. Ruang kelas yang inklusif adalah miniatur Indonesia yang kita impikan: beragam tapi bersatu, berbeda tapi saling menghargai, belajar bersama dalam semangat kebangsaan yang tak lekang oleh waktu.
Semangat Sumpah Pemuda, Karena Kita Satu !!!



