KETIKA SETIAP TULISAN MENJADI CERMIN PERJALANAN HIDUP

Oleh : Andi Nasaruddin MN, S.Sos (Pemerhati & Peduli Pendidikan)
SINJAI, Dunia Pendidikan – Ada satu hal yang selalu membuat saya kembali pada lembar kosong, setiap kali ingin menulis : Perasaan bahwa setiap tulisan sebenarnya adalah cermin. Menulis bukan sekadar menyusun paragraf. Menulis adalah proses menyelam ke dalam diri, mengambil serpihan pengalaman, lalu mengangkatnya ke permukaan agar bisa saya pahami kembali. Di sanalah saya menyadari bahwa perjalanan hidup ini ternyata tidak hanya ditentukan oleh langkah yang saya ambil, tetapi juga oleh kata-kata yang berani saya abadikan.
Tulisan yang Mengembalikan Saya pada Jati Diri
Saya pernah bertanya pada diri sendiri : Mengapa saya menulis ? Jawabannya selalu berubah, seiring dengan bagaimana hidup mengajari saya hal- hal baru. Kadang saya menulis karena ingin berbagi. Kadang karena ingin dimengerti. Kadang karena ingin mengerti diri sendiri.

Namun semakin sering saya menulis, semakin jelas bahwa tulisan-tulisan itu membantu saya melihat siapa diri saya sebenarnya. Di balik cerita tentang hari-hari yang tampak biasa, tersimpan rekaman perjalanan batin yang tidak pernah saya sadari sebelumnya. Setiap tulisan mengajak saya menengok masa lalu, memahami hari ini, dan menyiapkan diri untuk hari esok.
Ketika saya mengenal Dunia Pendidikan ( Media Komunikasi Pendidikan Nasional ), saya seperti menemukan rumah baru. Ruang yang tenang, tetapi penuh kehidupan. Ruang tempat setiap orang bebas menaruh kisahnya, tanpa merasa dihakimi apakah ia masih pemula atau sudah lama berkarya.
Di sini, saya belajar bahwa tulisan tidak harus sempurna agar bisa bermakna. Yang terpenting adalah keberanian untuk membagikan pemikiran, pengalaman, dan perasaan yang mungkin selama ini hanya tersimpan di sudut hati.
Dari komentar dan sapaan sesama penulis, saya merasa ditemani dalam perjalanan menulis yang sering kali sunyi. Mereka bukan hanya pembaca, tetapi juga cermin lain yang membantu saya melihat hal-hal yang sebelumnya luput dari perhatian.
Menulis, Cara Sederhana untuk Tumbuh
Ada hari-hari ketika hidup terasa berat, dan saya tidak tahu harus bercerita kepada siapa. Lalu saya menulis. Ada saat-saat ketika saya bingung menentukan arah. Lalu saya menulis. Ada momen ketika saya begitu bahagia hingga ingin mengingatnya lebih lama. Lalu saya menulis.
Di situlah saya sadar bahwa menulis adalah proses tumbuh. Kata demi kata mengajarkan saya untuk mengenali diri dengan lebih jujur tentang apa yang saya takutkan, apa yang saya harapkan, dan apa yang sebenarnya ingin saya perjuangkan. Menulis adalah perjalanan pulang. Pulang kemana ? Kepada diri sendiri.
Ketika Tulisan Menjadi Pantulan Harapan
Setiap kita memiliki cerita. Setiap kita memiliki perjalanan. Dan setiap tulisan yang kita hasilkan, sekecil apa pun itu, adalah pantulan dari kehidupan yang terus bergerak. Melalui tulisan-tulisan saya, saya ingin menyimpan jejak; bukan untuk orang lain saja, tetapi untuk diri saya sendiri di masa depan agar suatu hari nanti, ketika saya menengok kembali perjalanan ini, saya bisa berkata :
” Inilah diriku, inilah langkah-langkah yang pernah aku ambil, dan inilah kisah yang membentukku menjadi siapa aku sekarang. “
Teruslah Menulis, Teruslah Berkaca
Jika tulisan adalah cermin, maka menulis adalah keberanian untuk menatap diri sendiri tanpa berpaling. Biarkan setiap paragraf menjadi saksi perjalananmu. Biarkan setiap kalimat menjadi pijakan untuk melangkah lebih jauh. Dan biarkan tulisanmu menjadi cara terbaik untuk mengingat bahwa hidup ini terus berjalan, dan kamu terus bertumbuh.
Selama tangan masih mampu mengetik, selama hati masih mampu merasa, saya percaya akan selalu ada cerita yang layak dituliskan. Karena pada akhirnya, bukan tulisan yang menemukan kita, tetapi kitalah yang menemukan diri kita melalui tulisan. # Jurnalis MDP wil V



