Plus Minus Sekolah Asrama
Oleh Baharuddin Iskandar (Praktisi Pendidikan)
Dini hari, masih gelap. Mata baru saja terpicing, sudah ada sentuhan lembut. “Bangun, Saudara!” tubuh kembali meringkuk. Kasur masih terasa istana tidur paling empuk. “Sebentar!”
Tidak terasa, waktu berlalu cepat. Sepuluh menit berlalu, sentuhan berubah tepukan. :Hey Bangun! Nanti telat!”
Duh! “Bentar!”
“Udah telat!” Dan, bantal sudah mendarat di badan, dan tidak terkejut karena sudah ngacir ke toilet, membasuh muka.
Nah itu, secuplik kisah di sekolah asrama. Apa pun namanya atau istilahnhya, kita sering mendengar sekolah asrama, boading school, sekolah tinggal, sekolah intern, atau sekolah bording.
Apa pun istilahnya, sekolah asrama memiliki ruang belajar lebih lama. Jika sekolah reguler, belajar hanya pagi hingga siang. Maka sekolah asrama, tidak demikian
Sekolah asrama memiliki kurikulum plus. Mengapa? Ya, ada waktu belajar lebih lama, yakni belajar sore, belajar malam, bahkan ada pembinaan subuh hari.
Tentu berbeda, maka situasi saat ini, sekolah asrama menjadi incaran orang tua-orang tua murid. Bukankah sekolah asrama, pergaulan lebih bisa dikontrol. Karena luar rumah atau luar sekolah, bak gelap dan rimba raya.
Tengoki saja, kenakalan remaja lahir dari sumber-sumber teman di luar jam sekolah. Atau kita tengok, pergaulan bebas, narkotika, keselamatan berlalu lintas, dan lainnya menjadi alasan sehingga sekolah menjadi pilihan orang tua.
Yah, sekolah asrama membuat murid lebih fokus belajar. Ia tidak terganggun dunia gelap dan rimba raya tersebut. Mereka belajar dari pagi, siang, sore, malam, subuh, hingga pagi lagi. Makanya jam belajar, murid lebih banyak dengan sekolah -sekolah reguler.
Pillihan paling besar, sekolah asrama menjadi tujuan karena peluang berprestasi dan peluang masuk perguruan tinggi, sangat besar. Jam-jam belajar di sore atau di malam hari bisa digunakan untuk pembimbingan dan pendampingan prestasi. Termasuk persiapan belajar skolatik dan soal masuk perguruan tinggi. Oleh karena itu, sekolah asrama memiliki nilai plus.
Benar. Minusnya, tentu saja, orang tua perlu merogoh kocek dompet. Belajar plus tersebut, membuat dana lebih harus dibayarkan.
Memang ada dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), namun tidak akan mencukupi. Alasannya, Bos hanya peruntukkan untuk sekolah pagi, siang, hingga sore. Bisa saja Bos dipergunakan untuk tambahan belajara sore atau malam. Pasti, tidak mencukupi.
Dana terbesar adalah makan-minum. Murid tinggal di asrama, berarti mereka butuh asupan makanan dan minuman. Jadwal makan pagi, siang, malam, plus snack sore atau snack malam tentu tidak akan mampu menalanginya.
Jadi plus minus sekolah asrama, singkatnya jam belajar banyak, tapi mesti merogoh kocek banyak bagi orang tua.
Lalu apakah hanya ini? Tidak! Lihat saja, kondisi psikoklgi dari murid-murid sekolah asrama. Stress! Bisa saja, muak! Keterbarasan interaksi dengan keluarga akan menyebabkan peransaan rindu dan kesepain. Interaksi keluarga terbatas, terutama hanya ada di akhir pekan atau hari libur.
Untuk itu, perlu ditimban masak-masak jika anakda mau masuk sekolah asrama. Jangan paksa anakda masuk. Berikan pendapat, kepada orang tua mau memasukkan sekolah asrama.
Utamanya, kasus bullying. Seperti sekolah reguler, sekolah asrama juga punya risiko perundungan sangat besar terjadi. Alasannya, intensitas belajar yang banyak, sehingga salah sentuh, bisa terjadi perkelahian.
Jika demikian, kembalikan ke anakda, apakah ia mau masuk atau tidak mau masuk. Jika masuk, maka ada plusnya, ada pula minusnya . Makanya bicarakan baik-baik sebelum diputuskan. Tentu percakapan kecil di awal ini, jarang-jarang terjadi di sekolah bukan asrama.#