Catatan Guru Tamu UPT SMKN 7 Pinrang

Hari ini penulis melatih PBB Nautika kapal niaga SMKN 7 pinrang dan setelah itu memberikan sedikit arahan yang tentunya itu motivasi tentang pentingnya memiliki karakter baik pada setiap anak didik yang bisa menjadi pegangan masing-masing dilingkungan masyarakat atau dunia kerja nantinya.
Dunia pendidikan tentunya tidak lepas dari peran guru untuk selalu melakukan evaluasi, inovasi, edukasi yang baik kepada anak didiknya, tentunya didukung dengan fasilitas yang memadahi, hal ini dilakukan agar mampu mencetak lulusan-lulusan yang berkarakter dan tentunya berwawasan yang luas untuk bersaing didunia usaha, dunia kerja dan dunia industri agar dapat menantang masa depan anak didik kelak.
Disinilah pentingnya peran guru yang penulis geluti saat ini sebagai guru tamu, karena guru tentu memahami bahwa anak didik memiliki karakter, kemampuan, inteligensi, emosi berbeda-beda. Alasannya adalah, tuhan menciptakan manusia pasti memiliki keistimewaan dan kemampuan masing-masing, hal itu ditunjukan dengan Intelektual quotient (IQ) dan emotional quotient (EQ) setiap anak didik berbeda-beda.
Daniel Goleman dalam penemuannya tentang IQ dan EQ menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual tidak dapat diubah pada tiap manusia, krn itu sama halnya dengan id atau bawaan lahir dr manusia itu sendiri. Tp itu tidak perlu dikhawatirkan tentang IQ, karena masing-masing punya kelebihan tersendiri dari ciptaan tuhan. Contohnya Anak didik Perumpamaan Sebagai Handphone android bahwa , semakin besar RAM, maka akan semakin besar pula ruang yang bisa digunakan untuk menyimpan berbagai aplikasi untuk proses multitasking. Sehingga, pengguna tidak perlu menutup aneka aplikasi favoritnya atau membersihkan RAM secara berkala, bahkan game berat seperti PUGB dll bisa di download dan dimainkan disitu, begitu juga sebaliknya di Handphone yang rendah Ram, tentu daya tampung tidak banyak karena di desain dengan kemampuan biasa-biasa saja, tetap bisa mendowload, tetapi belum tentu bisa dimainkan karena daya tampung dan sfesifikasi beda dan tidak mampu menampung. Contoh kecil ini penulis memberikan gambaran tentang bagaimana seorang pendidik mampu memahami kemampuan siswanya yang tidak menuntuk sampai meberikan hukuman yang tidak sepantasnya, sehingga membuat anak didik akan frustasi dan bisa saja lebih parah pada akhirnya.
Olehnya itu disinilah guru berperan penting untuk memahami arti dari IQ yang tidak bisa dipaksakan pada anak didik, tp pendidik mampu melihat dari sudut persfektif lain dari kemampuan anak didiknya seperti kecerdasan yang satu dengan yang lainnya, apakah anak didik itu memiliki kecerdasan verbal, linguistik, logis-matematik, spasial-visual, kinestetik-jasmani dan lain-lain sebagainya, maka kemampuan itu yang harus di dorong agar bisa menjadi nilai jual nantinya.
IQ memang penting, tp tidak bisa selaras apabila EQ tidak ditanamkan pada diri seorang anak didik. tidak mampu mengelola emosi, tidak mampu mengendalikan yang baik dan yang buruk. Alasan utamanya kecerdasan apapun yang anak didik mampu tanpa emosi yang baik maka itu tidak bisa selaras dan akan menjadi bomerang nantinya dimasa akan datang, seperti halnya memiliki mobil mahal seperti BMW, DUCATI, Marcedes bens, tp tidak memiliki rem, sama halnya membunuh diri sendiri.

Melakukan tindakan-tindakan yang melanggar secara kontunitas pada akhirnya timbul emotional Corrosion yaitu merasa tidak bersalah lagi jika melakukan tindakan-tindakan yang melanggar norma. Akhirnya bisa berdampak negatif dan terbawa sampai akhir hayat,
Olehnya itu penulis menginginkan bahwa, mendidik anak didik tidak hanya sebatas memberikan edukasi tapi mampu memberikan contoh yang layak bagi anak didiknya, memahami jiwanya, memahami kondisi dann kemapuan serta melihat dari sudut pandang lain dari setiap siswanya.
IQ memang penting untuk setiap anak didik tp tidak bisa selaras jika EQ (emotional quotient) tidak ditanamkan, dan untuk menyempurnakan itu tentunya dibarengi dengan SQ (spritual quotient) sebagai pedoman kuat menjalani kehidupan sehari-hari.
“Mari bersama membangun karakter sehat mental, unggul, cerdas berkarakter dan mendidik anak-anak kita menjadi lebih baik, mendidik dengan moral post konvensional /moral murni demi kebaikan secara secara universal,”. Majukan pendidikan, gerakkan merdeka belajar. #Arsan Mubarak S.Psi