Kisah Inspiratif dari Guru untuk Guru Demi Murid, Demi Bangsa; Berbagi Praktik Baik di Kelas Pemimpin dan Pendidik TPN XII Kabupaten Enrekang

TPN XII yang diselenggarakan oleh Guru Belajar Foundation dan Komunitas Guru Belajar Nusantara (KGBN) kab. Enrekang menghadirkan kelas pemimpin dan kelas pendidik yang berbagi praktik baik untuk para peserta yang hadir. TPN XII ini diadakan pada tanggal 19 Juli 2025 di Gedung Halal Centre kota Enrekang. Para pembicara yang berasal dari lintas satuan Pendidikan ini berbagi kisah inspiratif tentang perubahan yang telah dilakukan di ekosistemnya setelah berhasil lolos kurasi menyelesaikan misi belajar dengan berbagai topik yang disediakan. Sebanyak dua orang kepala sekolah dan empat orang guru yang menjadi pembicara.
Pada kelas pemimpin sebanyak dua orang kepala sekolah yaitu Rustam Baba, S. S., M. Pd dari SMPN 9 Satap Maiwa dan Kasmiati, S. Pd., M. Pd., dari SMAN 8 Enrekang. Sementara untuk kelas Pendidik menghadirkan Darmawati, S. Pd., M. Pd., dari SMPN 8 Satap Alla, Salman, S, Pd., M. Si., guru SMAN 4 Enrekang, Dewi Hamriani, S. Pd., Gr. dari SMAN 5 Enrekang, dan Amriani Mustakim Nur, S. Pd., M. Pd., guru SDN 1 Enrekang.
Kelas Pemimpin yang menggerakkan.
Tema yang diangkat oleh para pembicara sangat beragam sesuai dengan pilihan misi belajar yang disediakan. Pada Kelas ini kedua kepala sekolah bergantian berbicara tentang aksi nyata yang telah dilakukan di ekosistemnya.
Kasmiati, berbicara dengan tema āKolaborasi dan komunikasi Efektif Solusi jitu mewujudkan program sekolahā. Dalam pemaparannya Kasmiati menceritakan tentang tantangan yang dihadapi oleh sekolah saat merencanakan sebuah program sekolah yang berkaitan dengan pemanfaatan lingkungan yang luas yaitu satu murid satu tanaman. Tantangan yang dialami adalah adanya penolakan dari orangtua siswa yang berpendapat bahwa lingkungan sekolah adalah tanggungjawab pemerintah bukan bukan tugas dari murid.

Solusinya adalah pihak sekolah mengundang orangtua, stakeholder terkait, dan tokoh adat setempat untuk menjelaskan pentingnya pengelolaan lingkungan dan merupakan tanggungjawab bersama. Akhirnya terbentuk kolaborasi yang solid sehingga program berjalan lancar, murid memiliki kesadaran bahwa satu pohon yang ditanam akan menyumbang oksigen serta menjadi sumber pangan untuk warga sekolah.
Rustam Baba, dengan tema āSampah plastikku bermanfaat untuk sekolahā. Penanganan masalah sampah plastik dari bungkus makanan dan minuman murid merupakan suatu tantangan yang cukup berat di sekolahnya. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengatasinya, akan tetapi selalu muncul masalah baru, misalnya saat dibakar menimbulkan polusi dan sisa pembakaran sangat sulit terurai.
Akhirnya melalui diskusi bersama dewan guru ditemukan solusi dengan mengolahnya menjadi kerajinan ecobrick di mana setiap siswa diminta untuk mengumpulkan sampah plastic dan mengisinya dalam 2 botol pada setiap pekannya yang dikumpul setiap hari Jumat. Botol yang berisi sampah tersebut dimanfaat menjadi barang-barang berguna misalnya meja, kursi, pembatas taman dan lain-lain. Sekolah berhasil meminimalisir sampah plastic menjadi barang yang bermanfaaf untuk sekolah.
Kelas Pendidik: Kelas Inspiratif.
Sementara pada Kelas Pendidik, menampilkan empat pembicara dari beberapa sekolah.
Salman, dengan tema āSekolah ramah anak, lahirkan generasi unggul dan berkarakterā. Dalam pemaparannya, Salman menceritakan tentang masalah perundungan yang kerap terjadi di sekolahnya. Hal ini merupakan tantangan yang harus segera diselesaikan. Yang dilakukannya adalah memetakan masalah dan latar belakang terjadinya perundungan. Solusi yang diterapkan adalah melakukan pendekatan secara personal pada murid yang bermasalah dengan menggunakan metode coaching dan pertemuan rutin dengan orangtua murid. Solusi yang lain yaitu melibatkan murid dalam kampanye sekolah ramah anak yang dilakukan secara rutin tiap bulan. Ada perubahan besar setelah menerapkan hal tersebut di mana sekolah menjadi lebih kondusif dengan berkurangnya praktik perundungan.
Pembicara lainnya dari kelas pendidik adalah Darmawati dengan tema āhot wheels station, pembelajaran berdeferensiasiā. Memenuhi kebutuhan belajar setiap murid merupakan masalah yang sering dialami olehnya dalam proses pembelajaran. Murid yang heterogen dengan beragam karateristik adalah tantangan tersendiri. Solusi yang ditemukan dan diterapkannya adalah menggunakan pendekatan pembelajaran diferensiasi Dimana strateginya adalah mendeferensiasikan materi ajar, proses, dan produk sehingga setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama dalam pembelajaran sesuai dengan karateristiknya. Dalam penerapannya Ia menggunakan model pembelajaran Learning Station atau stasiun belajar yang diberi judul Hot wheels station. Perubahan yang terjadi adalah hasil belajar lebih meningkat, setiap murid antusias dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Pembicara ketiga, Dewi Hamriani dengan tema āGairah Belajar Kimia di Jam Kritisā. Sebagai seorang guru mata Pelajaran Kimia, Ibu Dewi menyadari bahwa mapel kimia yang diajarkannya sering dianggap sebagai mapel yang sulit oleh beberapa muridnya. Hal ini adalah sebuah tantangan yang cukup berat terutama jika dijadwalkan pada jam kritis yaitu jam terakhir. Gairah belajar murid cukup rendah, kurang aktif, tidak antusias, mengantuk, dan Lelah. Kondisi ini sering dialami olehnya. Ia kemudian mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut agar proses pembelajaran kembali aktif dan setiap murid manjadi antusias pada setiap jadwal yang telah ditetapkan baik jam pertama atau jam terakhir. Solusi yang ditemukannya adalah dengan menerapkan pendekatan belajar berbasis pratikum dan demonstrasi. Perubahan yang dialami adalah kelas menjadi sangat aktif, setiap murid terlibat penuh dan tidak ada lagi yang mengantuk serta menjadi sangat antusias.
Pembicara keempat, Amriani Mustakim Nur dengan tema āQR code adventure, berburu ilmu di taman kotaā. Tantangan yang dialami olehnya adalah kelas yang berubah menjadi pasif, murid merasa bosan dan sangat gelisah. Hal yang dilakukan untuk mengatasinya adalah memindahkan kelas ke taman kota dengan memanfaatkan tehnologi QR Code dan menempatkannya di beberapa titik, murid secara berkelompok berkeliling dan memindai code tesebut dan menjawab pertanyaan yang muncul. Murid menjadi sangat antusias, semuanya terlibat aktif dalam pembelajaran.
Fujiatna, kurator daerah TPN XII Kab. Enrekang, menekankan, āsetiap guru dan kepala sekolah yang tampil berbagi praktik baiknya adalah guru-guru terbaik dan Enrekang masih memiliki guru-guru hebat lainnya. Tujuannya bukan untuk menonjolkan pribadi tapi bagaimana agar praktik baik yang telah dilakukan akan menjadi inspirasi guru lainnyaā.
Sementara itu, Mustamin, Koordinator TPN XII kab. Enrekang mengungkapkan, ākita membutuhkan informasi dari pihak lain untuk menambah Khazanah pengalaman dalam mengelola ekosistem kita.ā
Senada dengan itu, Arsiah, ketua KGBN kab. Enrekang mengatakan, āpraktik baik yang dibagikan oleh para pembicara adalah pengalaman yang sangat berharga, dan sangat relevan diterapkan di sekolah kitaā. TPN XII mengusung tema āIklim Pendidikan dan Pendidikan Iklimā. Gedung Halal centre menjadi saksi bergemanya berbagai praktik baik yang inspiratif. Pengetahuan bukan hanya datang dari para ahli, bahkan sekedar praktik baik sederhana akan mampu membawa perubahan besar, dan itu dimulai oleh para guru yang bersedia dan berani berbagi. #Darmawati/Divisi Media Massa