Best Practic

Pengembangan Pembelajaran Problem SolvingBerorientasi Hots Pada Materi konflik Sosial di SMPN 22 Bantimurung Kabupaten Maros

Oleh Syarifuddin S.Pd, M.Pd

(Guru IPS SMPN. 22 Bantimurung)

BAB 1

PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG

Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi merupakan salah satu upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan. Program ini dikembangkan mengikuti arah kebijakan Kemendikbud yang menekankan pada pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills {HOTS).

Keterampilan berfikir Untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta pemerataan mutu pendidikan, maka pelaksanaan Program PKP mempertimbangkan pendekatan kewilayahan, atau dikenal dengan istilah zonasi. Melalui langkah ini, pengelolaan Pusat Kegiatan Guru (PKG) TK, kelompok kerja guru (KKG) SD dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) SMP yang selama ini dilakukan melalui Gugus atau Rayon dalam zonasinya, dapat terintegrasi melalui zonasi pengembangan dan pemberdayaan guru. Zonasi memperhatikan keseimbangan dan keragaman mutu pendidikan di lingkungan terdekat,seperti status akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru, capaian nilai rata-rata UN-USBN sekolah, atau pertimbangan mutu lainnya.

Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah Model Problem Solving. Model pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk dapat menyikapi masalah-masalah yang terjadi dan mampu memecahkan permasalahan tersebut.

Secara bahasa problem solving berasal dari dua kata yaitu problem dan  solves. Makna bahasa dari problem yaitu  “a thing that is difficult to deal with or understand”  (suatu hal yang  sulit  untuk melakukannya atau  memahaminya), dapat jika diartikan “a question to be answered or solved”   (pertanyaan yang butuh jawaban atau jalan keluar), sedangkan solve dapat diartikan “to find an answer to problem” (mencari jawaban suatu masalah).

Sedangkan  secara terminologi  problem solving  seperti yang diartikan Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002,102) adalah suatu cara berpikir secara ilmiah untuk mencari pemecahan suatu masalah. Sedangkan menurut istilah Mulyasa (2004,111)  problem solving  adalah suatu pendekatan pengajaran menghadapkan pada peserta didik permasalahan sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan permasalahan, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pembelajaran. Metode problem solving yang  dimaksud adalah suatu pembelajaran yang menjadikan masalah kehidupan nyata, dan masalah-masalah tersebut dijawab dengan metode ilmiah,

Metode  problem solving  (metode pemecahan masalah) bukan  hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode  berpikir, sebab dalam  problem solving  dapat menggunakan metode- metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik  kesimpulan. Langkah- langkah metode ini antara lain: 

  1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari peserta didik sesuai dengan taraf kemampuannya. 
    1. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.  Misalnya, dengan jalan membaca buku- buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.
    1. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja  didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas.
    1. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini peserta didik harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. 

Penggunaan metode pembelajaran sangat penting saat pembelajaran IPS,karena sangat berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pembelajaran serta materi-materi IPS sangat rentang dengan masalah-masalah social dan lingkungan lainnya. Metodeproblem solving dapat membuat peserta didik berpikir untuk mencari solusi ataspersoalan yang ada untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peneliti melakukanperbaikan pembelajaran di kelasdengan judul “Pengembangan Pembelajaran Problem SolvingBerorientasi Hots  Pada Materi konflik Sosial di Kelas VIII  SMPN 22 Bantimurung Kabupaten Maros”.

  • JENIS KEGIATAN

Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi merupakan salah satu  upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan  Tenaga Kependidikan  (Ditjen GTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan  meningkatkan kualitas lulusan dalam hal ini peserta didik. Program ini dikembangkan  mengikuti arah kebijakan Kemendikbud yang  menekankan pembelajaran berorientasi  Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). 

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,  mengarahkan, melatih, menilai, dan  mengevaluasi peserta didik. Guru profesional  memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan prestasi peserta didik. Penelitian menunjukkan bahwa 30% prestasi peserta didik ditentukan oleh faktor guru.

Dalam upaya menjaga keprofesionalannya, guru senantiasa harus meng-update diri dengan  melakukan  berbagai  pengembangan keprofesian berkelanjutan.    Selama ini  program  pengembangan keprofesian berkelanjutan yang dikembangkan oleh Ditjen GTK didasarkan  pada hasil Uji Kompetensi Guru,  lebih memfokuskan pada peningkatan kompetensi guru  terutama dalam  kompetensi pedagogi dan profesional,  adapun  Program PKP Berbasis  Zonasi  ini  lebih  memfokuskan  pada upaya memintarkan peserta didik melalui pembelajaran  berorientasi keterampilan berpikir tingkat tinggi.

C. MANFAAT KEGIATAN

Tujuan Program PKP Berbasis Zonasi adalah meningkatkan kompetensi peserta didik  melalui pembinaan guru dalam merencanakan, melaksanakan sampai dengan  mengevaluasi pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir  tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS).  

Manfaat Program PKP Berbasis Zonasi adalah sebagai berikut:

  1. Membiasakan guru untuk membuat pembelajaran yang berorientasi pada  keterampilan berpikir tingkat tinggi mulai dari perencanaan,  pelaksanaan hingga penilaiannya;
  2. Membiasakan peserta didik untuk  berpikir tingkat tinggi sehingga dapat  meningkatkan kompetensinya;
  3. Memberikan acuan kepada kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik;
  4. Memberikan acuan kepada pengawas sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik dan manajerial.

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

  1. Tujuan dan Sasaran

Tujuan penulisan praktik ini adalah untuk mendeskripsikan praktik pembelajaran penulis dalam menerapkan pembelajaran berorientasi higher order thiking skills (HOTS). Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah peserta didik kelas VIII. 4  semester 1 di SMPN. 22 Bantimurung sebanyak 28 orang.

  • Bahan/Materi Kegiatan

Bahan yang digunakan dalam praktik pembelajaran ini adalah materi kelas VIII untuk materi Interaksi Sosial :

Ilmu Pengetahuan Sosial
KDMenganalisis pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan social budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan
KDMenganalisis pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan sosial budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan
  • Metode/Cara Melaksanakan Kegiatan

Metode/Cara yang digunakan dalam pelaksanaan praktik baik ini adalah menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Solving.Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan praktik pembelajaran yang telah dilakukan penulis.

1. Pemetaan KD

Pemetaan KD dilakukan untuk menentukan pasangan KD yang dapat diterapkan dalam pembelajaran.Berdasarkan hasil telaah KD yang ada di kelas VIII, penulis memilih materi konflik sosial di kelas VIII semester 1.

2. Analisis Target Kompetensi

Hasil analisis target kompetensinya sebagai berikut:

Kompetensi Dasar (KI 3)Kompetensi Dasar ( KI 4 )Materi Pokok
Menganalisis pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan social budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan  Menganalisis pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan social budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaanKonflik Sosial    

3. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetesi

Ilmu Pengetahuan Sosial
3.2.Menyimpulkan pengertian konflik sosialMenganalisis faktor penyebab konflik sosialMenemukan  dampak-dampak  konflik sosialMemecahkan permasalahan konflik sosial dengan cara yang tepat
4.2.Menyajikan hasil keja kelompok  tentang konflik sosial dalam bentuk persentasi
  • Pemilihan Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang dipilih adalah problem Solving.

  • Pengembangan Desain Pembelajaran

Pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan merinci kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan sintak pembelajaran.

  • Penyusunan Perangkat Pembelajaran
  • Berdasarkan hasil kerja 1 hingga 5 di atas kemudian disusun perangkat pembelajaran meliputi RPP, bahan ajar, LKPD, dan instrumen penilaian.
  • Alat/ Instrumen

Media pembelajaran yang digunakan dalam praktik terbaik ini adalah berupa :

Media:Gambar perkelahian , dan video perang Dunia, PPT
Alat:Komputer/Notebook, LCD
Bahan Tulis:Buku IPS  Kelas VIII yang relevan ;  penerbit : kemendikbud RI tahun 2017Worksheet ( lembar bahan ajar ), Buku referensi pendamping peserta didik

Agar aktifitas peserta didik dapat terukur dan terpantau, maka penulis menggunakan instrument penilaian pengetahuan dan lembar pengamatan sikap, keterampilan presentasi dan diskusi sebagaimana yang terlampir.

E.   Waktu dan Tempat

Best practice ini dilaksanakan pada tanggal 20 sampai 22 Nopemberr 2019 bertempat di SMP Negeri 22 Bantimurung Kabupaten Maros.

BAB III

HASIL KEGIATAN

A. Hasil

Hasil yang dapat dilaporkan dari praktik ini diuraikan sebagai berikut.

  1. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Solving berlangsung aktif. Peserta didik menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru maupun temannya. Aktifitas pembelajaran yang dirancang sesuai sintak Problem Solving megharuskan peserta didik aktif selama proses pembelajaran.
    1. Pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Solving meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan transfer knowledge. Setelah membaca, megapresiasi serta memahami arti konflik social, factor penyebab konflik sosial, dampak konflik social dan usaha mengatasi konflik. Pemahaman ini menjadi dasar peserta didik dalam meningkatkan kreativitas peserta didik dalam mengkaji permasalahan yang disajikan pada LKPD.
    1. Penerapan model pembelajaran Problem Solving meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi peserta didik untuk bertanya dan menanggapi materi yang dibahas dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa berorientasi HOTS suasana kelas cenderung sepi dan serius. Peserta didik cenderung bekerja sendiri-sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Fokus guru adalah bagaimana peserta didik dapat menyelesikan soal yang disajikan; kurang peduli pada proses berpikir peserta didik. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang selama ini selalu disajikan dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasan), membuat peserta didik cenderung menghapalkan teori atau konsep. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik adalah apa yang diajarkan oleh guru. Berbeda kondisinya dengan praktik pembelajaran berorientasi HOTS dengan menerapkan Problem Solving ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman peserta didik tentang konflik sosial dibangun oleh peserta didik melalui pengamatan dan diskusi yang menuntut kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan tanggap terhadap fenomena social yang terjadi
    1. Penerapan model pembelajaran Problem Solving juga meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mencari penyelesaian pembelajaran. Model yang diterapkan dengan menyajikan teks tulis dan video berisi permasalahan kontekstual mampu mendorong peserta didik merumuskan pemecahan masalah. Sebelum menerapkan model Problem Solving, penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan buku guru dan buku peserta didik. Meskipun permasalahan yang disajikan dalam buku teks kadang kala kurang sesuai dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, tetap saja penulis gunakan. Jenis teks yang digunakan juga hanya pada teks tulis dari buku teks. Dengan menerapkan Problem Solving, peserta didik tak hanya belajar dari teks tulis, tetapi juga dari video serta diberi kesempatan terbuka untuk mencari data, materi dari sumber lainnya.

B. Masalah yang Dihadapi

Beberapa masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran ini adalah:

  1. Masalah yang dihadapi terutama adalah belum terbiasanya peserta didik belajar degan model Problem Solving. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik guru selalu mengguakan metode ceramah, peserta didik pun merasa lebih percaya diri menghadapi ulangan (penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui ceramah.
  2. Terlalu banyak waktu yang digunakan pada saat kerja LK dan mengerjakan tes tulis disebabkan sebagian besar peserta didik mengalami kesulitan dalam menjawab soal soal yang berorientasi HOTS secara mandiri.
  3. Umumnya peserta didik masih mencari jawaban di buku paket dan sumber bacaan saat mengerjakan LK
  4. Masih sulit merumuskan soal hots pada materi yang mudah dipahami oleh peserta didik

C. Cara Mengatasi Masalah

Agar peserta didik yakin bahwa pembelajaran dengan Problem Solving dapat mebuat mereka lebih meguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS).

BAB IV

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

  1. Pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Solving layak dijadikan praktek pembelajaran berorientasi HOTS karena dapat meingkatkan kemampuan dan kreativitas peserta didik dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah.
  2. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis dan cermat, pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Solving yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil praktik pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Solving berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.

  1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku peserta didik dan buku guru serta jaring-jaring tema yang telah disediakan, tetapi berani melakukan inovasi pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan latar belakang peserta didik dan situasi dan kondisi sekolahnya. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna.
  2. Peserta didik diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam belajar, tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar degan cara ini akan membantu peserta didik menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih tahan lama (tidak mudah lupa).
  3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah, seperti penyediaan sarana da prasarana yang memadai dan kesempatan bagi penulis utuk mendesiminasikan praktik baik ini akna menambah wawasan guru lain tentang pembelajaran HOTS.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan dan kebuayaan.“Program peningkatan Kualitas Pembelajaran Berbasis zonasi”.Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. 2018

Mulyasa, E.  Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK  (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), 111

Suryosubroto, Proses belajar mengajar di sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), hal. 2002002), 102

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,  Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009)

Facebook Comments
What's Your Reaction?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Adblock Terdeteksi !

Maaf Matikan dulu Adblock anda