Kongres PGRI XXIII; “PGRI SULSEL Siap Sukseskan Transformasi PGRI Menuju Indonesia Emas”
Kongres PGRI kembali dihelat di tahun 2024, tepatnya di Hotel Sahid Jakarta. Kegiatan Kongres ini akan berlangsung selama tiga hari, yakni dari tanggal 1 sampai dengan 3 Maret 2024. Ribuan peserta begitu antusias untuk mengikuti kegiatan akbar Persatuan Guru Republik Indonesia ini untuk kembali menentukan siapa yang akan menjadi nakhoda PGRI periode 2023-2028.
Sejak hari pertama ketika para peserta melakukan registrasi, antusiasme para peserta sudah kelihatan. Antrian di tempat registrasi tidak membuat semangat para peserta menjadi kendor. Demikian pula panitia yang berusaha keras untuk dapat melayani peserta dari seluruh utusan provinsi yang sudah hadir sejak hari pertama.
Kongres PGRI kali ini mengusung tema “Transformasi PGRI Menuju Indonesia Emas”. Dengan tema ini sudah terlihat bahwa PGRI memiliki andil yang sangat besar dalam menjalankan roda pembangunan bangsa. PGRI bukan organisasi yang hanya sekedar mencari nama tetapi saat ini PGRI adalah milik bangsa yang perannya sangat dibutuhkan.
Para guru telah banyak merasakan hasil-hasil dari perjuangan PGRI yang sangat memperhatikan kebutuhan anggotanya. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa PGRI belum mampu mengakomodir segala unek-unek yang ada di kalangan guru. Namun demikian, setidak-tidaknya dalam banyak hal yang telah diperjuangkan sudah dirasakan manfaatnya oleh para guru. Tunjangan sertifikasi yang lebih dikenal dengan Tunjangan Profesi Guru (TPG), Tunjangan Perbaikan Penghasilan (TPP) adalah perkara yang sangat sulit diperoleh kecuali karena diperjuangkan. Dan itu sudah sangat dirasakan manfaatnya oleh para guru. Pengangkatan ribuan tenaga honorer menjadi ASN P3K menjadi hal yang sangat menggembirakan. Bahkan di tahun 2022, seleksi guru menjadi ASN P3K melalui observasi Kepala Sekolah sangat membantu memfasilitasi ribuan teman guru untuk meninggalkan statusnya sebagai guru honorer. Itu adalah kebijakan yang disuarakan dan diperjuangkan.
Perjuangan PGRI saat ini tidak lagi mengandalkan gerakan secara frontal di lapangan, tetapi pergeseran dari demonstrasi ke negoisasi dianggap lebih dapat mempengaruhi kebijakan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini harus dapat dipahami oleh seluruh guru sehingga tidak ada lagi anggapan bahwa PGRI tidak memperjuangkan para guru.
Ketua Umum PB. PGRI, Ibu Prof. Dr. Unifah Rosyidi dalam sambutan singkatnya menyampaikan termakasih kepada seluruh peserta yang telah berjuang untuk peningkatan kualitas pendidikan. Di akhir sambutannya, Ibu Unifah menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan sebesar-sebesarnya kepada Bapak Presiden Jokowi yang di tengah kesibukannya tetap hadir untuk membuka Kongres XXIII ini.
Sementara Presiden Republik Indonesia dalam sambutannya ketika membuka Kongres secara khusus menyoroti peristiwa perundungan (bully) yang sering terjadi di sekolah. Beliau beliau memiliki harapan yang sangat besar kepada para guru agar dapat melakukan pencegahan lebih dini terhadap peristiwa bully ini. Beliau menyatakan bahwa bully tidak boleh ditutupi, tetapi harus dibuka dan deselesaikan. Beliau juga menyampaikan bahwa kolaborasi antara pemerintah dengan PGRI akan menghasilkan generasi muda yang unggul dan kuat.
#syamun