Daerah

Workshop Transformasi Digital PB PGRI di Makassar

Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai organisasi profesi yang terbesar di Indonesia selalu berupaya untuk membangun potensi dan kompetensi para guru. Hal ini sangat penting dilakukan oleh organisasi sekelas PGRI agar para guru tetap menjadikannya sebagai tempat untuk bernaung dan mengembangkan diri. Selain itu, PGRI selalu berusaha menghapus image negatif yang sering muncul di masyarakat, termasuk di kalangan guru sendiri yang tidak mengikuti perkembangan pergerakan dan pembaharuan yang terjadi di PGRI. PGRI selalu melakukan perubahan-perubahan yang positif baik dalam penataan organisasi maupun keanggotaan.

Saat ini, digitalisasi pendidikan sangat menuntut para guru, baik secara personal maupun kelembagaan untuk mengikuti perkembangan. PGRI selalu berupaya berada di garis depan untuk membawa para guru dapat memenuhi tuntutan tersebut. PGRI terus menjalin kemitraan dan komunikasi dengan komunitas dan organisasi pendukung, baik lokal maupun internasional. Kemitraan yang dilakukan ini bukan sekedar unjuk dada sebagai organisasi besar, tetapi ini untuk membuktikan bagaimana jati diri PGRI sebagai organisasi profesi yang terus menerus membangun profesionalitas para guru, organisasi perjuangan yang selalu memperjuangkan hak-hak guru, dan aebagai organisasi ketenagakerjaan yang terus memperjuangnkan kesejahteraan anggotanya.

Salah satu kegiatan yang terus dikembangkan oleh PGRI adalah penguatan Program Mandatori. Kegiatan ini dilakukan secara berjenjang sehingga informasi dapat tersampaikan sampai ke akar rumput, yakni para guru dan masyarakat umum.

Sehubungan dengan hal tersebut dan mengingat pentingnya peran digitalisasi pendidikan, Pengurus Besar PGRI Pusat dengan didampingi Education International (EI) Consorcium Project baru-baru ini melaksanakan Workshop Transformasi Digital PGRI. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 28 sampai dengan 31 Agustus 2024 di Almadera Hotel Makassar. Peserta berasal dari 2 provinsi, yakni Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat yang masing-masing mengutus Pengurus Provinsi, dan unsur Pengurus bersama Admin dari Pengurus Kabupaten PGRI kedua provinsi.

Kegiatan workshop ini lebih difokuskan pada penguatan Program Mandatori melalui Optimalisasi Tugas dan Fungsi APKS, SLCC, LKBH dan DKGI PGRI, serta pengelolaan keanggotaan dan keuangan organisasi. Selama berlangsungnya workshop, kegiatan ini dipandu langsung oleh Ibu Desry dan kawan-kawan dari perwakilan Education International (EI) Consorcium Project. Beliau banyak memberikan informasi tentang EI yang mendampingi PGRI Pusat dalam banyak kegiatan.

Ketua PB PGRI Pusat, Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M. Pd. yang  baru-baru ini masuk dalam 10 anggota “The Excecutive Commitee of International Education”, dalam sambutannya ketika membuka kegiatan kembali menekankan perlunya mengingatkan kembali kepada para guru, baik yang berstatus PNS maupun P3K tentang eksistensi PGRI. Bahwa PGRI selalu memperjuangkan hak-hak guru pada semua jenjang. Ibu Uni (demikian beliau disapa) juga banyak bercerita tentang perjuangan beliau di PGRI dengan mengedepankan pendekatan kepada penentu kebijakan sehingga hak-hak guru dapat dinikmati hingga saat ini.

Memang harus diakui bahwa Tunjangan Profesi Guru (TPG) yang masih dapat “dipertahankan” hingga saat ini dan pengangkatan tenaga honorer menjadi P3K itu adalah bukti nyata perjuangan PGRI yang harus diapresiasi oleh para guru. Apresiasi yang diharapkan tidak perlu muluk-muluk dan bergengsi, tetapi minimal berani mengakui dan menyatakan diri sebagai anggota PGRI. Salah seorang peserta yang sempat ditemui mengatakan, memang tidak dapat dipungkiri bahwa ada guru yang sudah lama merasakan nikmatnya TPG tetapi “berpura-pura” lupa pada PGRI, jangankan membayar iuran bahkan menggunakan batik PGRI pun ia “gengsi” katanya.

Di akhir kegiatan yang ditutup oleh Wakil Sekjen Pengurus Pusat PGRI juga memiliki penekanan yang sama agar PGRI terus maju. Penekanan khusus Pak Wijaya (sapaan Wasekjen PB PGRI) beliau menginginkan agar kepengurusan PGRI di setiap jenjang melibatkan “tenaga muda”. Alasannya sederhana, adalah karena yang muda memiliki semangat yang menggebu-gebu, terlebih lagi dengan transformasi  digitalisasi yang menjadi tuntutan kemajuan dalam setiap dimensi kehidupan saat ini.

Kita semua berharap bahwa PGRI sebagai sebagai  organisasi profesi guru terbesar di Indonesia harus mampu terus berpacu membawa anggotanya untuk maju bersama dan memajukan pendidikan di Indonesia. Transformasi digital di bidang pendidikan membawa banyak perubahan positif, dari cara mengajar hingga bagaimana siswa belajar. Dengan memanfaatkan teknologi secara efektif, kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif, interaktif, dan adaptif. Namun, untuk mencapai potensi penuh dari transformasi ini, kolaborasi antara semua pihak—pendidik, siswa, pembuat kebijakan, dan pengembang teknologi—sangat penting. Dengan demikian, pendidikan dapat berkembang sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan masa depan.

Hidup Guru…!

Hidup PGRI…!

Solidaritas…!

Yeeess…!

Siapa kita…!

Indonesia…!

#syamun

Facebook Comments
What's Your Reaction?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Adblock Terdeteksi !

Maaf Matikan dulu Adblock anda