GURU, TUNJUKKAN KARYAMU
(Dra. Sitti Dahlia Azis – Guru Pendidikan Pancasila, SMAN 3 Pinrang)
Kita semua bisa mengajar tentu saja sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Guru di samping mengajar juga tentu dapat menulis. Menulis dalam arti luas bukan sekadar menulis manual dengan spidol dan pena. Mengetik di komputer atau handphone pun sekarang dinamakan menulis. Bukankah di kelas kita selalu mengungkap apa yang telah kita pelajari dan baca di depan siswa/peserta didik? Guru butuh spidol, guru butuh absen dan membuat jurnal. Bukankah ini juga dinamakan menulis dan membaca?
•Menulis itu dianggap sulit dan menambah pekerjaan?
Kok bisa … bukankah apa saja yang kita ucapkan, dengarkan, rasakan, amati dan pikirkan semuanya dapat dituliskan. Ataukah memulai menulis itu dianggap sulit. Yah sulit kalau memang kita tidak pernah memperhatikan dan tidak punya rasa kepedulian.
Di mana ada kemauan di situ ada jalan. Kita tidaklah langsung mencari yang sempurna. Kita memang tidak pernah merasa bahwa tulisan kita sebagai pemula Itu adalah tulisan yang terbaik. Tapi kita ingin juga dijadikan sebagai penulis terpilih. Untuk menjadi baik itu membutuhkan sebuah proses. Proses yang tidak semudah membalikkan telapak tangan tapi butuh ketekunan, kesabaran dan kegigihan untuk meraih sebuah cita-cits dan prestasi.
Jika semua guru punya mindset yang sama, maka bayangkan saja hanya dalam waktu 1 semester … perpustakaan sekolah akan penuh dengan buku karya guru. Buku karya yang sebenarnya sangat dirindukan oleh peserta didik -saya mendengarkan pengakuan peserta didik- bahwa dia mencari buku bukan lagi buku pelajaran tapi buku sastra yang tentunya mengedukasi, memotivasi dan memberikan inspirasi agar mereka itu semakin rajin membaca dan belajar. Tentu juga peserta didik akan termotivasi oleh kinerja atau karya nyata gurunya. Mungkin tanpa kita sadari bahwa gurunya telah memberikan teladan agar giat berkarya nyata. Ini bukan penelitian tapi pengamatan nyata +/- 7 tahun yang lalu saya membuat modul PPKn kelas X, tapi saat itu saya belum tahu cara membukukan karya. Tentu saja dipakai dalam lingkungan sendiri selama 1 tahun pelajaran.
Eh … kurang tepat kalau hanya dibayangkan saja. Mari kita berkolaborasi. Mari kita bersama mencari wajah yang bisa memberikan edukasi sekaligus wadah silaturahmi untuk para guru hebat di seluruh Nusantara. Banyak berterbaran di dunia maya, di media online ataukah pelatihan berbayar dan menghasilkan karya yang apabila diasah akan menjadi karya yang spektakuler dari seorang guru sekaligus penulis.
Saya rasa pemerintah mempersiapkan guru yang benar-benar mau belajar berkarya dan punya kinerja. Kita biasa diutus untuk ikut pelatihan sesuai dengan skill yang kita punya jadi Mari kita tunjukkan bahwa kita semua punya hobi dan juga harapan masa depan yang terbangun dari kemampuan diri kita sendiri yang diaplikasikan dalam kerja sehari-hari.
Menghadapi tantangan era globalisasi jangan sampai kita bersifat pesimis menghadapi adanya perubahan menghadapi adanya keanekaragaman yang tidak sama dengan ide kita sendiri. Mari kita padukan sebab keindahan itu karena adanya nuansa warna yang berbeda dan kekuatan itu terbangun dari adanya sinergi dan kemitraan yang menyatukan perbedaan.
Kekayaan itu lahir dari adanya perbedaan yang dikolaborasikan menjadi sebuah ide atau Karya yang spektakuler misalnya kita membuat sebuah buku best practice dari beberapa guru mata pelajaran yang ada di sekolah kita itu kan perbedaan tapi kalau dibuat dalam satu buku antologi mungkin akan sangat tebal dan akan menjadi buku best seller.
•Bagaimana dengan era digital?
Era digital juga dapat disikapi dengan menulis apa yang bisa di videokan (ke Tik Tok, Youtobe, Star Marker) … apa yang bisa dijadikan skenario manakala seorang guru malas menulis?
Buku digital itu dibuat terlebih dahulu dalam bentuk tulisan kemudian dijadikan buku digital dengan menambahkan gambar yang terkait dengan apa yang dijelaskan dalam materi yang dimasukkan sebagai buku digital itu. Ya … jadi coba kita pikirkan bagaimana membuat sebuah video dalam menyikapi era digital ini kalau tidak ada penulis yang menguasai teknik kepenulisan!
Memang alangkah baiknya jika guru itu mampu menguasai desain misalnya Canva dan membuatkan Power Point pada setiap tayangan materi yang diajarkan. Itu termasuk juga digital, penguasaan IT … ya, terlebih kalau memang sudah bisa membuat video misalnya lewat Kine Master. Ini ide saya untuk anak-anak/peserta didik yang akan belajar Jurnalistik.
Saya bukanlah ahli dalam segala bidang tapi saya ingin menjadi motivator karena tak layak menjadi guru penggerak (disebabkan faktor usia).
Niat dan semangat itu tetap ada. Tekad untuk memberikan sumbangsih kepada negeri Indonesia tetap berkobar sebelum masa purna bakti.
Nah, adakah rekan guru yang seide dengan saya Mari kita satukan perbedaan itu dalam sebuah karya besar.
Mari berlatih dan teruslah berkarya.
Salam literasi
#sahabatkarakter
Cerdas Berkarakter Kemdikbud RI
Komunitas Kami Pengajar Sulawesi/MGMP/PMM/APK PUSPEKA
Founder
Sanggar Literasi Sulawesi Selatan
Sitti Dahlia Azis Pinrang, 16 Februari 2023