Opini

BHINNEKA TUNGGAL IKA, Harmonisasi Dalam Keberagaman

Dra. Sitti Dahlia Azis, guru Pendidikan Pancasila SMAN 3 Pinrang

Kita sama bersaudara. Makanya #sipakatau dan #sipakalebbi’ki. Jangan pernah memperselisikan masalah silsilah atau keturunan. Saya Bugis (Ibu) dan bapak (Makassar) dan tahu silsilah. Tapi sebagai guru Kebangsaan Nasional dan Fasilitator Bhinneka Itu Kita (BAIK) Kemendikbudristek RI saya ajarkan bagaimana menghargai persamaan derajat, harkat dan martabat manusia.

Bolehlah bangga sebagai penyemangat diri. Disertai sikap bersyukur dengan adanya suku yang damai di dalam kehidupannya, hidup rukun. Maka mari kita menciptakan harmonisasi dalam perbedaan.  Kedamaian yang kita rindukan, tentu membutuhkan adanya toleransi,  tenggang rasa jangan pernah ada miskomunikasi di dalam kehidupan yang membuat perpecahan. Terlalu meng-agungkan sukunya sendiri lalu menganggap rendah suku lain (CHAUVINISME). Ini nasionalisme yang sempit.

Kita membina bangsa ini untuk menjaga nasionalisme, jiwa patriotisme, semangat cinta tanah air dalam bingkai persatuan dan kesatuan bangsa. Bukan malah membesar-besarkan perbedaan dan  menjadikan perbedaan itu sebagai ajangbdebat yang memicu perpecahan. Jangan sampai  niat awal untuk menjalin persatuan malah yang muncul adalah perselisihan. Disadari setiap orang ingin dihargai, dihormati dan dikagumi oleh bangsa lain. Nasionalisme Indonesia bukan nasionalisme yang sempit tetapi membangun jiwa patriotisme dan keteladanan kepada generasi selanjutnya cita-cita bangsa.

Kita bangsa Indonesia senasib dan sepenanggungan pernah dijajah oleh Belanda selama 350 tahun dan Jepang 3,5 tahun. Yang tahu sejarah perjuangan bangsa tentu paham pedihnya pengorbanan para pahlawan. Bagaimana para pemuda bersatu dalam Kongres Pemuda Indonesia ke II di Bandung yang melahirkan Sumpah Pemuda. Ingat kembali bahwa kita pernah menjadi negara serikat, sudah menjadi negara kesatuan kenapa menjadi negara serikat? Tetapi kita masih sadar bangsa Indonesia masih tetap menginginkan negara kesatuan masih sadar betapa pentingnya persatuan. 

Perjuangan nenek moyang kita untuk mempersatukan bangsa ini kenapa diobrak-abrik oleh komen yang tidak mendukung persatuan dan kesatuan. Dikhianati dengan tawuran atau demo yang merusak aset negara. Ingatkan dalam diri sendiri masih sanggupkah kita menjaga NKRI ini untuk menjadi negara yang utuh menyeluruh. Sanggupkah kita memberi andil untuk tercapainya “baldatun thayyibatun warobbun Ghofur (negeri yangbadil, makmur dalam lindungan dan ampunan-Nya)”.

Kehebatan seorang warga bukan dengan komentar yang menyakitkan perasaan orang lain kehebatan kita terletak pada jiwa yang bertanya ‘bagaimana kita bermanfaat terhadap sesama’. Kehebatan kita jika mampu berpartisipasi di dalam pembangunan bukan mampu mencari apa yang bisa diambil dari negara ini.

Kita hidup (makan dan minum) dari tanah dan air yang sama: Indonesia. Adanya perbedaan sosiokultural dan budaya, adat istiadat dan agama  itu adalah kekayaan bangsa Indonesia.

Perbedaan bukan untuk dipertentangkan tetapi jadikan perbedaan itu sebagai sebuah kekayaan dijadikan momentum untuk bangga bertanah air satu tanah air Indonesia.

Bangga bukan berarti menyombongkan diri tetapi menjadikan perbedaan itu sebagai sebuah kekayaan yang harus digali dan dikembangkan untuk kemajuan dan kemakmuran NKRI.

Sejenak tatap cakrawala. Lihat adanya keindahan seperti langit dan awan ataukah pelangi. Keindahannya hadir disebabkan adanya perbedaan warna. Tundukkan kepala ke tanah yang diinjak, padahal dia (tanah dan air yang memberi kehidupan). Kuasa Allah telah membuatnya indah andaikan pelangi itu hanya satu warna bagaimana bisa dia kelihatan indah di mata kita.

Mari indahkan hidup dengan sikap saling menghargai, saling menghormati sebagai bagian dari seluruh umat manusia. Kita tidak bisa hidup dan berkembang tanpa bantuan orang lain.

Pinrang, Kamis, 20 Februari 2025

Facebook Comments
What's Your Reaction?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Adblock Terdeteksi !

Maaf Matikan dulu Adblock anda