Opini

KEBANGKITAN NASIONAL TAHUN 2023; BANGKITKAN LITERASI BANGSA

Oleh:  Syarifuddin Munier (Guru SMA Negeri 20 Gowa/Ketua PGRI Cabang Khusus Cabdis Wilayah 2 Gowa)

Terlena, mungkin ini kata yang agak sesuai dengan fakta tentang kondisi kemampuan literasi bangsa kita saat ini. Setuju atau tidak, sejak terungkapnya hasil analisis Program for International Student Assesment (PISA) yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2019, yang menyampaikan informasi bahwa Indonesia masuk dalam 10 (sepuluh) negara yang memiliki kategori rendah dalam literasi, maka sejak saat itu pemerintah langsung menggenjot perbaikan hampir di semua sektor yang terkait. Miris memang bahwa Indonesia yang notabene sering menjadi pemenang Olympic Sains pada skala internasional ternyata menempati urutan ke-62 dari 70 negara yang disurvei. Juara pada olimpiade sains skala dunia sebenarnya menjadi gambaran nyata tingginya tingkat kemampuan literasi, tapi justru mungkin inilah yang membuat bangsa jadi “terlena”.

Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan sebagai ujung tombak pembangunan dan pengembangan generasi bangsa langsung menggagas berbagai program untuk menggenjot kemampuan literasi, terutama mereka yang langsung berkecimpung dalam dunia pendidikan. Secara nasional, program peningkatan kemampuan literasi yang digagas oleh Kementerian Pendidikan sudah memiliki struktur dan arah yang jelas. Berbagai program yang dikemas dalam konsep Merdeka Belajar sampai saat ini sudah berjalan sesuai rambu-rambunya. Terlaksananya berbagai kegiatan seperti Program Guru Penggerak (PGP), Program Sekolah Penggerak (PSP), dan adanya pemberdayaan Komunitas Penggerak, merupakan bukti gerakan serius dalam melakukan pembenahan dan peningkatan kemampuan literasi. Komunitas Penggerak ini bahkan ada yang berjalan secara mandiri melalui pemberdayaan para pemerhati yang prihatin dan memiliki keinginan serius untuk memperbaiki kemampuan literasi bangsa.

Guna lebih maksimal dan optimalnya pelaksanaan program yang dicanangkan sebagaimana yang telah disebutkan, di bidang informasi dan teknologi dalam dunia pendidikan, digagas beberapa program yang memanfaatkan teknologi berbasis aplikasi. Dikenallah Platform Merdeka Belajar (PMB) dan Platform Merdeka Mengajar (PMM). Melalui platform ini, diharapkan para penggiat literasi, tentu saja terutama mereka yang langsung berkecimpung dalam dunia pendidikan dan pembelajaran (dibaca; para guru) akan saling berbagi praktik baik tentang apa yang dilakukannya dalam upaya pengembangan literasi.

Meskipun belum tampak nyata seperti apa peningkatan yang diperoleh setelah program-program unggulan ini telah berjalan sekitar 3 (tiga) tahun, namun pengukuran hasil-hasil kegiatan literasi secara perlahan-lahan mulai dilaksanakan. Asesmen sudah dilakukan di semua kalangan penggerak pendidikan. Terbitnya Rapor Pendidikan yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merupakan langkah awal untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang terjadi sejak digaungkannya program-program yang dapat memacu peningkatan kemampuan literasi, terutama di kalangan peserta didik. Hasil ini tentu akan menjadi bahan evaluasi lagi untuk menentukan program yang sesuai pada masa-masa yang akan datang.

Selain program pengembangan literasi yang dicanangkan secara nasional oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, di berbagai daerah juga ternyata memiliki inovasi-inovasi tersendiri dengan program-program yang unik dan disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Program-program inovasi dalam literasi yang dicanangkan tentu bukan hanya sekedar gagah-gagahan untuk menunjukkan adanya perhatian. Dari program-program yang dilaksanakan tertata memang ada yang sifatnya fokus dan bahkan sangat dibutuhkan, bukan hanya oleh peserta didik tetapi juga masyarakat umum. Manfaatnya sangat dirasakan dan bahkan dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk kepentingan tertentu.

Program inovasi pengembangan literasi di berbagai daerah juga sangat didukung oleh adanya komunitas pemerhati dan penggiat literasi. Mereka yang melibatkan diri dan komunitasnya ada yang bekerja secara suka rela dan sangat tulus sehingga programnya dapat tetap berjalan. Komunitas penggiat literasi ini memberikan andil yang sangat besar terhadap pengembangan literasi. Kegiatan mereka sangat terstruktur dan hasilnya nyata dan terukur. Salah satu contoh yang paling faktual adalah kegiatan literasi dalam bentuk penulisan dan penerbitan buku. Saat ini, meski tidak ada jumlah yang dapat disebutkan secara pasti, sudah terbit ratusan bahkan ribuan buku yang disusun melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan secara mandiri. Penulisnya adalah para penggiat literasi atau dengan melibatkan para tenaga pendidik yang memiliki keinginan menulis. Bahkan ada yang sebelumnya belum pernah sedikitpun menulis, tetapi karena motivasi yang sukses dari penggiat literasi maka mereka pun akhirnya menulis dan menghasilkan buku.

Tentu kita semua berharap bahwa dengan adanya gerakan litetrasi, baik yang digagas dan difasilitasi oleh pemerintah maupun yang bergerak secara mandiri akan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan literasi, termasuk kepada para guru dan peserta didik. Semangat berliterasi harus terus dibangun di semua kalangan sehingga perubahannya dapat lebih signifikan. Jika motivasi berhasil dibangun maka gerakan-gerakan pengembangan literasi baik dengan program yang seragam maupun beragam akan dapat berjalan secara terpadu.

Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap berjalannya gerakan-gerakan literasi adalah dengan mengedepankan pilar “kolaborasi”. Seperti halnya dengan keberagaman variasi morfologi yang dimiliki oleh masing-masing individu, demikian pula dengan pola dan cara berpikir yang dimiliki oleh tiap manusia. Tidak ada dua idividu yang persis sama dalam membangun dan mengelola pola pikirnya. Keberagaman dalam pola pikir merupakan kekayaan dalam membangun karya-karya literasi. Keberagaman yang ada justru menjadi kekuatan ketika mampu berkolaborasi. Kolaborasi tidak menonjolkan perbedaan tetapi mengedepankan kerjasama di antara individu atau kelompok yang terlibat. Kolaborasi memiliki kekuatan untuk melibatkan semua pihak. Serendah apapun kemampuan yang dimiliki itu tidak boleh membuat seseorang rendah diri dan lantas tidak ingin berkarya. Mencoba memikirkan target adalah faktor yang sangat penting. Karena, jika target sudah terpasang maka yakinlah bahwa langkah yang ditempuh selanjutnya akan terencana.

Keterpurukan kemampuan literasi bangsa adalah tanggung jawab kita bersama. Oleh karena itu, kita harus siap untuk berkolaborasi dengan ikut membuat target dan menyusun perencanaan secara bersama-sama pula. Berita keterpurukan literasi yang dirilis oleh PISA tidak boleh membuat kita lemah. Justru seharusnya hasil survei itu membuat bangsa ini semakin termotivasi dan menggeliat. Seluruh komponen bangsa harus mampu memperlihatkan bahwa saat ini literasi Indonesia telah bergerak. Dan tentu kita ingin sepakat bahwa apa yang telah dirilis oleh PISA tidak akan terulang lagi dalam dunia literasi di masa yang akan datang.

Tahun 2023 ini negara kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang ke-115, dengan tema “Semangat Untuk Bangkit”. Sungguh luar biasa merupakan sebuah kalimat yang sangat menginspirasi bagi siapa saja yang ingin berkarya untuk bangsa. “Semangat” yang dimiliki seseorang adalah landasan utama untuk melangkah lebih maju. Dalam semua sisi kehidupan, tumbuhnya semangat adalah pemantik dari segala potensi yang dimiliki untuk bertindak. Dengan semangat yang tinggi seseorang akan “bangkit” untuk menata hasil refleksi dari apa yang telah dialami di masa lalu. Selanjutnya menjadi sebuah energi untuk bergerak dan bertindak untuk dapat mencapai target yang telah dicanangkan.

Tema ini sangat sesuai dengan gerakan literasi yang saat ini digagas dalam berbagai moda kegiatan. Gerakan literasi yang terus bergerak tidak hanya sekedar mengembalikan minat baca dan menulis warga negara. Gerakan literasi yang digagas dan dilaksanakan harus menyentuh banyak sisi dalam kehidupan masyarakat. Rilis PISA tentang kondisi literasi di masa lalu harus membuat kita semakin ber”Semangat untuk Bangkit” agar kondisi literasi bangsa semakin membaik. Oleh karena itu, peringatan Hari Kebangkitan Nasional 2023 harus dijadikan momen sebagai tahun kebangkitan dari segala keterpurukan yang pernah terjadi di masa lalu, termasuk kebangkitan dalam dunia literasi.

“SELAMAT HARI KEBANGKITAN NASIONAL TAHUN 2023”

“SEMANGAT UNTUK BANGKIT”

Facebook Comments
What's Your Reaction?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Adblock Terdeteksi !

Maaf Matikan dulu Adblock anda