Gagal Menjemput Kesuksesan
Oleh: Ammy Sudarmin
Dalam hitungan beberapa hari kedepan, penanggalan Masehi akan berganti tahun.
Seiring dengan itu sebagai salah satu penanda batas sebuah program tahunan bagi semua lini dan sektor yang bergerak dibawah kalender Nasional bagi Indonesia.
Banyak capaian-capaian yang harusnya terealisasi, terwujud bahkan dituntaskan 100 %. Berlaku bagi sebagian yang mampu komitmen untuk hasil maksimal dengan kerja keras dan cerdas. Baik secara individu maupun tim bahkan secara lembaga.
Ada yang saat ini masih berlomba dengan waktu mengejar deadline hingga menit-menit terakhir berharap mampu menyelesaikan tanggung jawab sebelum semua lini tutup buku walau tenggatnya tak terpenuhi seutuhnya, setidaknya mampu mendekati ketuntasan minimal.
Ada yang saat ini sudah terduduk pasrah, menunggu takdir dan putusan atas kegagalan pada tugas dan amanah. Pada tanggung jawab dan rencana yang awalnya begitu optimis untuk berhasil.
Yah, kadang kita dihadapkan pada sebuah planing yang begitu baik namun situasi dan keadaan yang tidak berpihak pada kita.
Jika kita adalah salah satu orang yang kurang beruntung itu, mari menerimanya sebagai jalan yang digariskan.
Lalu, apakah dengan begitu kita akan menyerah?
Akankah hidup berhenti jika kita gagal dan gagal lagi?
Kita tidak boleh naif, detak waktu tetap terus melaju, jarum tak akan berhenti sejenak untuk memberi kita waktu meratapi diri.
Dunia tak akan jeda sejenak untuk memberi kita ruang menyembuhkan luka dan sakit atas apapun yang patahkan semangat kita.
Orang orang di sekeliling kita hanya akan menoleh, mengucap simpati baik itu tulus maupun modus lalu kembali berlomba dengan targetnya masing masing.
Selanjutnya, bagaimana kita harus bersikap?
Sebagai manusia yang diberi akal dan budi, ada beberapa hal yang bisa direnungi, dicerna lalu ditarik pelan-pelan hikmah dibalik semua kejadian atas kegagalan itu.
Beberapa langkah langkah yang yang harus ditempuh untuk kembali bangkit dan berjalan antara lain :
Pertama adalah menerima kegagalan itu sendiri. Mengapa ini perlu? Karena untuk mampu maju dan melangkah, kita harus mampu menerima segala keadaan kita yang sekarang. Sadar sesadar sadarnya bahwa saat ini gagal, dan menerima bahwa itu adalah salah satu bagian dari proses menuju sebuah keberhasilan. Tanpa perlu mencari kambing hitam, pembenaran serta berspekulasi tentang kegagalan tersebut. Semua itu justru akan memperlambat progress untuk kembali bangkit. Cukup terima bahwa kita gagal. Dan saat kita mampu menerima kegagalan itu, maka tanpa sadar, kita sudah maju satu langkah dari kegagalan tersebut.
Kedua adalah Intropeksi diri. Langkah berikut untuk menjadi lebih baik adalah menerima ketidak sempurnaan diri dan mengakui kesalahan. Jika kita sadar bahwa kita telah salah langkah maka akan sangat mudah untuk mencari kelemahan kelemahan, kekurangan kekurangan serta langkah langkah yang kurang tepat. Dengan begitu, kita akan mampu mendeteksi dini planning selanjutnya agar tidak berulang pada kegagalan yang sama. Introspeksi diri ini perlu kita lakukan dibantu oleh orang orang yang berada di lingkaran kita. Pada dasarnya ada hal hal yang kita anggap telah baik dan benar namun ternyata dimata orang lain itu sebaliknya. Terlebih jika orang orang tersebut adalah tim, partner dalam meraih kesuksesan. Untuk bekerja dengan maksimal, dibutuhkan kenyamanan dan kenyaman itu diperoleh dengan menyamakan persepsi tentang baik dan benar dalam aktivitasnya.
Ketiga adalah menumbuhkan motivasi diri.
Salah satu yang mampu menggerakkan raga kita dalam beraktivitas yaitu motivasi yang bersumber dari olah fikir yang mempengaruhi kebatinan kita sehingga timbul semangat dalam menggerakkan segala sendi pada fisik kita. Saat sadar atas kegagalan dan telah intropeksi diri, selanjutnya yang harus dipush yaitu motivasi untuk terus berjuang. Menumbuhkan kembali kepercayaan diri yang sempat meredup karena kegagalan tadi.
Bahwa segala yang dilakukan tidak akan ada yang sia sia. Bahwa untuk mencapai kesuksesan memang kadang ada hambatan namun semua akan terlalui. Bahwa kita yakin keberhasilan sedang menunggu kita datang menjemputnya dengan langkah langkah yang matang. Dan bahwa Allah SWT menjanjikan “Inna Ma’al Usri Yusra’, Fa Inna Ma’al Usri Yusra’ ” Artinya, Sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan dan dibalik kesulitan ada kemudahan. Ini adalah ayat Allah yang tidak diragukan untuk terjadi. Janji Allah yang pasti akan terpenuhi jika kita tetap bersabar, terus berjuang dan berserah. Ini merupakan salah satu motivasi terbesar pada diri kita, selain dari orang orang disekeliling kita yang peduli dan terus memberi suport.
Setelah itu langkah selanjutnya yang keempat adalah Merancang Planning A dan B. Di tahap ini adalah bangkit dengan ide ide yang baru, rencana rencana strategis, juga trik trik yang lebih brilian berdasar pengalaman sebelumnya. Kegagalan mengajarkan banyak hal jika kita mau belajar dari situ. Sehingga akan muncul inovasi inovasi yang pasti akan sekian kali lipat lebih baik dari sebelumnya.
Ini penting sebab pekerjaan apapun jika dilakukan tanpa rencana yang matang serta sistimatis maka dari awal itu sudah menunjukan sebuah tanda tanda kegagalan. Kita tentu tak ingin mengulangnya bukan?
Lalu mengapa harus ada planning A dan B. Mengapa harus ada planing cadangan. Dalam kenyataannya, kadang kadang sebuah rencana yang sudah sangat matang dan difikir sangat hebat akan dihadapkan pada situasi dan kondisi dimana kita tidak punya kuasa untuk mengubahnya agar sesuai dengan kondisi yang kita siapkan seperti rencana kita. Disinilah planning B berperan untuk segera menjadi penyelamat dan antisipasi terhadap hal hal yang diluar jangkauan kita.
Selalu ada hal hal yang tak terduga, dan hal hal seperti ini jika kita tidak siap maka kita benar benar akan dihadapkan pada kegagalan kegagalan berikutnya.
Yang terakhir, Bekerja secara sistematis dan profesional. Lakukan semua dengan sepenuh hati, memaksimalkan segala potensi yang ada. Jangan terlena dengan tahapan tahapan awal jika itu berhasil. Komitmen dari awal hingga akhir harus tetap dijaga agar keberhasilan itu benar-benar ada ditangan kita. Bahkan jika itu progressnya sudah 99%, masih ada 1 % yang harus kita kejar sedang kita tak pernah tau level 1 % itu apakah ringan atau berat. Sehingga sama sekali tidak ada kata berhenti sebelum progressnya benar benar 100 % sesuai apa yang kita harapkan dan rencanakan.
Yah, sebuah kesuksesan, keberhasilan menaklukkan tantangan, tugas, amanah atau apapun itu namanya di bidang kita masing masing.
Gagal, bangkit dan kembali berjalan untuk menjemput keberhasilan yang lebih gemilang. Semoga.
*Ammy Sudarmin, Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam (AGPAII) Sulawesi Selatan.