JURNALIS WANITA DI SMAN 3 PINRANG

Dra. Sitti Dahlia Azis (Guru SMAN 3 Pinrang)
Di balik deru mesin cetak dan gemerlap layar digital, terukir jejak langkah seorang jurnalis wanita. Ia bukan sekadar pengejar berita, melainkan pejuang kebenaran, penantang stigma, dan pelopor emansipasi.
Jiwa pemberontaknya terpancar dalam setiap goresan pena dan setiap liputan yang dikerjakan. Ia tak gentar menghadapi tantangan, berjibaku dengan realitas pahit, demi menyuarakan hati nurani.

Ia adalah cerminan perempuan tangguh, berani menantang batasan, dan merangkul dunia yang tak terkekang oleh gender.
Di era digital, di mana informasi berseliweran cepat, ia berdiri tegak, menyaring fakta dan membongkar kepalsuan.
Ia menggerakkan pena dengan kekuatan dan keberanian, mengolah kata-kata menjadi senjata yang tajam, mengungkap kebenaran yang tersembunyi, dan mengungkap ketidakadilan yang menjelma menjadi monster menakutkan.
Ia adalah pelopor emansipasi wanita, bukan Kartini, dia ingin membuktikan bahwa wanita Indonesia di jaman ini tetap mampu menjadi tiang negara, berjalan seiring dengan kaum pria. Dia ingin membuktikan bahwa kekuatan dan keberanian tak pernah terbatas pada gender.
Ia menunjukkan bahwa wanita mampu berada di barisan depan, melakukan peran penting dalam menentukan jalan masa depan negeri.
Ia adalah jurnalis wanita, sekaligus pembina insan cendekia, sang pejuang pena dan pengagum kebenaran, yang tak pernah lelah mencari cahaya di tengah kegelapan.
Semangatnya sebagai jurnalis patut diacungi jempol! Meski terbatas menjadi jurnalis sekolah (dokumentasi, publikasi, branding sekolah dan pembina sanggar literasi) itu bukanlah penghalang untuk terus menulis, mencari kebenaran, dan menyuarakan hati nurani. Hal ini menjadi hobby … menulis dan bergabung di beberapa komunitas, ikut event lomba menulis (fiksi dan non fiksi).
Id card wartawan digantung saja. Fokus pada peserta didik menanamkan nilai moral dan kebangsaan (sebagai guru Pendidikan Pancasila dan Guru Kebangsaan Nasional angkatan I).
Nah, kemampuan menulis dia jadikan sebagai peluang untuk membentuk generasi muda yang kritis, berani mengungkap kebenaran, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Dia menyadari, penulis tidak pernah mati asalkan ada nyala semangat untuk menulis. Karyanya akan menjadi warisan abadi bagi generasi pelanjut cita-cita bangsa. Guru sekaligus jurnalis ini ingin ilmu yang dimilikinya (walau masih sedikit) ingin diimbaskan kepada peserta didik) terutama dalam wawasan Kebangsaan dan sastra Indonesia. #