BUAH DARI SEBUAH PROSES
Oleh: Muhammad Sultan (Guru SMAN 5 Bulukumba)
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala rasa syukur tak terhingga kita ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Andai semua dedaunan dijadikan kertas dan air yang ada di planet ini kita jadikan tinta, ditambah sebanyak itu lagi. Maka sungguh nikmat-Nya masih tak bisa kita hitung.
“Menulis bukanlah bakat, melainkan hanya pembiasaan”
Quote di atas salah satu yang pernah kubaca. Inilah motivasi terbesar yang membuatku terus berproses menulis walau aku sadar harus memulai dari titik nol, karena aku bukan guru bahasa yang tahu segala kaidah dalam menulis.
Sejenak merefleksi kembali perjalananku mencoba mencoret-coret di buku diary kala Sekolah Menengah Atas. Hal ini termotivasi dari seringnya aku mewakili sekolah yang dibimbing oleh guru bahasa Indonesia Marwati Mustari membaca puisi atau dongeng dalam lomba tingkat SMA atau pameran pembangunan di Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.
Tamat SMA dan kuliah giat menulisku berhenti dengan banyaknya tugas-tugas laboratorium hampir setiap hari di Universitas Hasanuddin.
Hingga terangkat menjadi PNS kegiatan menulis berhenti total.
Nanti setelah melanjutkan studi di Universitas Negeri Makassar 1998 baru kembali mencoba menulis artikel tema lingkungan hidup dan pendidikan di Majalah Dunia Pendidikan Sulawesi Selatan sampai 10 edisi terbit.
Akhirnya tahun 2008, berhenti total karena ujian sakit. Pupus sudah harapan yang telah aku bangun selama ini. Seakan duniaku berhenti berputar.
Atas keajaiban-Nya tahun 2020 aku mencoba bangkit lagi, berkat doa-doa yang tulus dari keluarga dan alumni.
Selama 28 tahun putus komunikasi dengan teman kuliah di jurusan Kimia Pendidikan di Universitas Hasanuddin bisa terjalin kembali lewat WhatsApp.
Di sinilah awal titik balik terjun di dunia literasi atas ajakan teman kuliah Yupriana Asis untuk menulis di blog gurusiana dengan tantangan menulis tanpa putus setiap hari, karena mengikuti tantangan menulis 365 hari. Awalnya aku sangat ragu untuk ikut tantangan, tetapi dorongan teman yang begitu kuat membuat aku pada akhirnya lolos tantangan 365 hari tanpa jeda.
Alhamdulillah ya Allah, semua ini atas kehendak-Mu yang engkau limpahkan padaku.
Sejak itu aku melanglang buana di beberapa komunitas kepenulisan.
Akhirnya mendirikan Sanggar Literasi Sulawesi Selatan, 21 April 2021 untuk memberikan wadah teman penulis dari seluruh penjuru Indonesia.
Berbagai lomba menulis pernah aku ikuti selama berkiprah tiga tahun terakhir.
Puncak pencapaian tertinggi aku rasakan adalah mengikuti nubar Syair Untuk Negeri yang berskala Internasional karena diikuti lima benua. Salah satu karyaku “Syair Kajang Dalam” lolos yang mengantarkanku mendapatkan penghargaan pada Festival Syair Internasional 2023 di Taman Ismail Marzuki pada tanggal, 29- 31 Desember 2023.
Semoga semua ini adalah berkah yang memberikan manfaat dunia akhirat. Kajang, 29 Oktober 2023