Komunitas Literasi: Menjembatani Mimpi dan Realitas
(Dra. Sitti Dahlia Azis – Guru SMAN 3 Pinrang)
Menjadi seorang fonder komunitas literasi adalah sebuah perjalanan yang penuh makna. Sebuah perjalanan yang dipenuhi dengan semangat untuk menebarkan kecintaan terhadap buku, membuka pintu bagi mereka yang haus akan pengetahuan, dan menjembatani mimpi-mimpi untuk menjadi penulis.
Sejak awal, saya tergerak oleh keinginan untuk membangun wadah bagi para pencinta buku dan calon penulis. Sebuah tempat di mana mereka dapat berdiskusi, saling menginspirasi, dan mengembangkan bakat menulis mereka.
Dalam perjalanan membangun komunitas ini, saya sering mendengar narasi, “Lebih mudah menulis buku solo dibanding menulis buku antologi.” Narasi ini bukanlah tanpa dasar. Menulis buku solo memberikan kebebasan penuh bagi penulis untuk mengeksplorasi ide, menentukan alur cerita, dan mengendalikan setiap detailnya. Namun, menulis buku antologi justru mengajarkan kita tentang kolaborasi, kesabaran, dan menghargai perbedaan.
Dalam menulis antologi, kita harus belajar untuk menyelaraskan visi dengan penulis lain, menyesuaikan gaya penulisan, dan menghargai perspektif yang berbeda. Prosesnya memang lebih menantang, tetapi di balik tantangan itu tersembunyi pelajaran berharga tentang kerja sama, kompromi, dan menghormati keunikan setiap individu.
Komunitas literasi yang saya dirikan bukanlah sekadar tempat berkumpul. Ini adalah wadah untuk melahirkan karya-karya tulis yang bermakna, membantu penulis untuk menemukan jati diri mereka, dan menjembatani mimpi mereka untuk menjadi penulis.
Melalui berbagai program, kami berusaha untuk memfasilitasi proses menulis, mengadakan workshop, dan memberikan kesempatan bagi para anggota untuk mempublikasikan karya mereka. Kami percaya bahwa setiap individu memiliki potensi untuk menjadi penulis, dan komunitas ini hadir untuk menuntun mereka dalam mengasah bakat dan mewujudkan mimpi mereka.
Menjadi seorang fonder komunitas literasi adalah sebuah tanggung jawab besar. Namun, ketika melihat antusiasme para anggota, semangat mereka dalam belajar dan berkarya, dan ketika melihat karya-karya mereka terlahir ke dunia, maka semua rasa lelah dan penat akan terbayar lunas. Saya percaya bahwa dengan membangun komunitas literasi, kita dapat menebarkan kecintaan terhadap buku, menumbuhkan budaya membaca dan menulis, dan menjembatani mimpi-mimpi para pencinta buku untuk menjadi penulis.#