Di Jepang Tidak Ada Peringatan Hari Guru, Tapi Ssangat Hormat Pada Guru
(Dra. Sitti Dahlia Azis) Guru Pendidikan Pancasila SMAN 3 Pinrang
Ada yang komen “guru tidak punya jati diri.”š Seperti tidak ada nilainya … hanya sekadar nama? Ah, benarkah seperti itu. Apakah hati guru tidak terpukul dan terpanggil untuk membenahi diri?
Bicara jati diri guru … tidak semua seperti sangkaan kita bahwa guru tidak ada nilainya. Masih ada senior tempat berguru skill dan adab. Memang beda jaman. Dahulu di jaman 80-90an kita belajar Tata Krama, Wawasan Wiyata Mandala dan Penataran P4 bahkan anak SMA belajar PKK dan tata busana. Tata Krama mengajarkan sikap bahkan melarang kami duduk di atas meja, sikap tubuh di depan guru … ini secuil contoh. Wawasan Wiyata Mandala mengajarkan cinta lingkungan dan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) bermuatan 36 butir yang perlu kita hayati dan amalkan. Apakah ini masih dikaji oleh kita, terutama guru Pendidikan Pancasila (nama sekarang setelah PPKN) … kemana semua itu. Ataukah hadir dengan nama yang baru?
Guru … menjadi @sorotan lagi. Kalau dijadikan pertanyaan “masihkan seperti para senior?”
Tata Krama, cara berbicara, gerak tubuh dan sikapnya di kelas (dihadapan siswa). Dari tata busananya, dandanannya semua menjadi perhatian siswa.
Perlu kembali penekanan pada segi ADAB/MORAL. Berdayakan guru pendidikan agama, budi pekerti dan Pendidikan Pancasila. Bukan melihat dari capaian kognitif (pengetahuan) semata tetapi afektifnya (nilai sikapnya).
Dahulukan adab baru ilmu.
Guru mapel lain … mari ambil benang merah, sisipkan pendidikan karakter dari setiap analisa tentang adanya alam (ciptaan Tuhan), jaga kearifan lokal yang bermuatan pembinaan karakter. Berikan teladan … tanpa keteladanan tentunya sulit membangun insan cendekia dan berakhlak mulia.
Pinrang, 29 November 2024