Wawasan

JANGAN TERKECOH KECANGGIHAN TEKNOLOGI

Dra. Sitti Dahlia Azis (Guru SMAN 3 Pinrang)

Artificial Intelegensi (AI) menjanjikan menulis buku hanya 3 jam itu benar dan bisa. Tetapi terkait rasa, moralitas sebagai seorang penulis sangat membebani apalagi terkait masalah plagiasi.

Bukan teknologi yang salah. Teknologi itu membantu mempermudah dan memperlancar sebuah usaha hanya saja yang perlu dipermantap adalah mindset manusianya, karakter pemakai teknologi yang perlu diubah. Nyata di dunia pendidikan. Anak-anak hanya mengandalkan Google. Perih rasanya sebagai seorang guru dan penulis jika anak-anak kita tahunya hanya membisik Mbah Google dan bertanya jika ada soal yang perlu jawaban. Ya, itu dalam kerja kelompok/diskusi, terlebih lagi kalau dia sudah kenal juga dengan AI.

Kuncinya: AI hanya membantu memberikan ide. Membuatnya dalam bentuk narasi. Memang cerdas. Namun, terkadang ada penulis yang belum mampu untuk menuangkan idenya ke dalam promfit yang diinginkan, sehingga apa yang tertuang sebagai hasil dari AI itu sepertinya tidak punya roh. AI itu hanya mesin seperti robot tidak menjiwai keinginan penulis.

AI memang mempermudah usaha menulis. Saya sendiri sudah tahu sedikit memanfaatkan Gemini dan Cici di situ saya bisa mengambil referensi atau sumber ide bukan untuk mengambil dan copas seluruh isi dari materinya.

Saya pernah membuktikan, meminta AI untuk membuat sebuah syair. Setelah dimunculkan hasilnya, ternya,  tidak sesuai yang diinginkan. Saya kesal ini bukan syair karena syair itu punya rima a a a a. Saya coba ulang perintahnya berharap semoga benar dan lebih baik dari apa yang saya bikin tapi semakin kesal saya “ini tidak benar”. Hampir saja saya banting hp. E, ruhi dong

Dalam pembuatan sebuah tulisan/ menyusun diksi, AI  memang canggih tapi tidak ada rohnya. Tidak ada nafas, tanpa penjiwaan. AI hanya membantu. Penulislah yang pandai memoles diksi dan menghidupkan tulisannya. Dengan begini kita tetap menghargai seorang penulis. DISDIK Sulsel  tetaplah memperivikasi karya sastra, Balai Bahasa Sulsel teruslah membina anak bangsa. Tentu, akan ketahuan mereka yang suka plagiasi (mengambil dan mengakui karya orang sebagai karya sendiri).

Sangat berbeda jika tulisan itu dibuat dan mengalir dari rasa penulisnya. AI hanya membuat puisi menyusun kata-kata namun tidak menjiwai apa yang sedang dialami oleh penulis puisi itu.

Jadi teman-teman penulis dan penyair jangan khawatir dengan adanya ai bahwa kita tersaingi sebab orang yang betul-betul profesional di bidang sastra dia akan tahu bahwa ini sebenarnya hanya plagiasi.

Founder

Komunitas Literasi Sulawesi Selatan

Pinrang, 9-9-2024

Facebook Comments
What's Your Reaction?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Adblock Terdeteksi !

Maaf Matikan dulu Adblock anda