PERBEDAAN MOTIVATOR DAN KRITIKUS

Dra. Sitti Dahlia Azis
Sebagai seorang yang senang menulis saya sering menganggap diri masih belajar dan terus belajar. Tetap membenahi diri dan butuh bekal untuk langkah selanjutnya.
Motivator dan kritikus adalah dua peran sangat dibutuhkan. Peran yang berbeda dalam memberikan umpan balik atau evaluasi terhadap seseorang atau sesuatu. Berikut adalah perbedaan antara motivator dan kritikus:
1. Motivator:
– Fokus pada memberikan dorongan, semangat, dan motivasi kepada orang lain.
– Bertujuan untuk menginspirasi, mendorong, dan membangkitkan semangat agar seseorang mencapai potensi terbaiknya.
– Menggunakan kata-kata positif, pujian, dan apresiasi untuk membangun kepercayaan diri dan memotivasi orang lain.
– Menyampaikan umpan balik secara konstruktif dan membangun, dengan tujuan membantu seseorang untuk tumbuh dan berkembang.
2. Kritikus:
– Fokus pada mengevaluasi dan memberikan umpan balik kritis terhadap kinerja, tindakan, atau karya seseorang.
– Bertujuan untuk mengidentifikasi kelemahan, kesalahan, atau area yang perlu diperbaiki agar seseorang dapat meningkatkan kualitas atau kinerjanya.
– Menggunakan kata-kata yang tajam dan kritis untuk menyampaikan kekurangan atau masalah yang perlu diperhatikan.
– Menyampaikan umpan balik secara objektif, berdasarkan fakta dan analisis, dengan tujuan membantu seseorang untuk belajar dari kesalahan dan meningkatkan diri.
Penting untuk diingat bahwa baik motivator maupun kritikus memiliki peran dan kegunaannya masing-masing. Motivator membantu membangun semangat dan kepercayaan diri, sementara kritikus membantu mengidentifikasi kelemahan dan memberikan kesempatan untuk perbaikan. Kedua peran ini dapat saling melengkapi dalam membantu seseorang mencapai potensi terbaiknya.
Sebagai audience, baik sebagai teman ataukah warga belajar sebaiknya mampu menerima motivasi dan kritik sebagai penyemangat untuk membangun kinerja ke arah yang lebih baik dan berkemajuan.
Terkadang memang, audience suka baperan dan lebih memilih pujian atau sanjungan kepada setiap karyanya. Sanjungan juga memang dapat menjadi pemicu tetapi jangan sampai melenakan dan membuat seseorang menjadi bangga dan sombong. Di sinilah perlu ada kritik dan saran terhadap sebuah karya. Kritikus dijadikan pengontrol. Ibarat kendaraan perlu ada rem yang berfungsi menjaga kendaraan yang terlalu laju agar terhindar kecelakaan menabrak tebing atau masuk ke jurang.
Pinrang, 16 Maret 2024