DAMPAK BULLY (PERUNDUNGAN)
Oleh: Dra. Sitti Dahlia Azis (Guru Pendidikan Pancasila SMAN 3 Pinrang)
Baru mengerti yang namanya bully?
Baru dengar yang istilah bully itu setelah adanya kurikulum merdeka dan menjadi sebuah proyek yang dikembangkan oleh beberapa guru atau tim.
Sebenarnya itu sudah terjadi pada diri saya sejak SMA kelas XI. Kesalahan saya juga karena sebagai juara kelas saya bercerita di saat guru menjelaskan. Baru kali itu saya lakukan dan guru melihat dan saya pun ditunjuk untuk menyelesaikan soal yang ada di papan tulis. Kacau, saya tidak bisa menyelesaikan soal dengan benar padahal nilai mapel saya itu 9. Guru mapelnya berceloteh “bergaya saja kalau lewat di depan rumah saya.” Saya merasa malu walaupun teman sekelas mungkin tidak mendengar kalimat guru saya tadi.
Mulai saat itu saya tidak lagi memperhatikan kalau guru tersebut memberikan materi pelajaran. Ini berdampak tanpa guru menyadari. Walaupun begitu saya tetap menjadi anak cerdas ranking memang rangking1 ke 3 ke 7. Tapi masih bisa menjawab dengan baik dan benar pertanyaan guru Matematika dan Bahasa Inggris.
Itu contoh yang terjadi pada diri saya kemudian di SMA anak saya termasuk pendiam karenanya dia sering diolok-olok oleh temannya. Tetapi suatu hari dia marah dan sulit dipisah dengan orang yang mengolok-oloknya. Akibat bullyan itu anak saya malas ke sekolah dan absensi menjadi banyak tanda a (alfa) wali kelas menganjurkan agar saya pindahkan saja ujian ke sekolah swasta. “Maafkan saya bu saya tidak berputus asa membina anak saya,” begitu kata saya. Dan seorang teman mengatakan tidak bisa karena nama sudah ada di dapodik peserta ujian.
Anak kedua lain lagi. Ternyata dia pindah sekolah ke Kecamatan lain karena seorang guru senior pernah berbicara di podium dengan menyebut namanya bahwa di rumah anak ini ada wi-fi sehingga banyak anak muda berkumpul. Anak saya ini juga pendiam dan perasa. Bapak/ibu saya ada wi-fi sejak 3 tahun yang lalu karena saya manfaatkan untuk mencari sesuatu yang bermanfaat di Google dan saya pakai untuk bimbingan sastra gratis (online) sebagai seorang penulis.
Tak tahu lagi apa dampak yang bakal terjadi. Saya sebagai guru dan orang tua siswa memohon kepada rekan pengajar dan pendidik atau warga masyarakat agar bijak dalam menghadapi karakter setiap siswa jangan langsung menjustifikasi seorang anak yang belum ada konsul. Ada guru bimbingan konseling. Jangan hanya mengumpulkan anak yang bermasalah tetapi cobalah dekati pula mereka yang punya potensi untuk dikembangkan.
Di sekolah ada guru senior, di masyarakat ada guru pensiunan atau yang disebut ketua. Seperti Ketua RT, itu berarti orang yang dituakan, orang yang bisa diteladani dan bisa mengayomi masyarakat sekitarnya bukan dipersiapkan untuk membully masyarakat. Bijaklah sebagai ketua.
Bully atau perundungan ini memang menjadi satu hal yang perlu kita perhatikan agar tidak berdampak negatif kepada diri seorang siswa. Siswa itu punya hati … punya perasaan. Baiknya guru itu dekat ke siswa untuk mengetahui apa dan siapa siswa itu dari segi karakter dan latar belakang keluarga.
Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya gagal dalam karir dan cita-citanya termasuk cintanya. Setiap orang dilahirkan suci yang menentukan sikap adalah keluarga dan lingkungan pertemanan/pergaulan. Maka berikan teladan tegurlah untuk kebaikan dan kemajuan.
Setiap orang menjaga keluarganya, begitu lembut, penuh kasih sayang namun jangan imbaskan rasa sakit dan kebencian itu kepada orang lain. Hati seorang ibu akan hancur melihat anaknya down. Kalau tak mampu membantu cukuplah dengan memberi saran agar mereka bisa terbuka wawasan untuk melangkah ke arah yang lebih baik.
Pinrang, 19 Januari 2024