MENGAPA HARUS TEACHING FACTORY
Oleh : Muhammad Jafar(Kepala UPT SMKN 3 Gowa)
Sudah saatnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Sulsel Menerapkan Model Pembelajaran Teaching Factory. Sekolah khususnya SMK sangat ketinggalan apabila tidak menerapkannya. Model Tefa merupakan model pembelajaran yang mengadopsi Industri yang dilaksanakan di satuan Pendidikan dalam bentuk pembelajaran berbasis Kompetensi dan pembelajaran berbasis Produksi, sehingga tercipta suatu proses keahlian atau keterampilan dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya untuk menghasilkan produk sesuai dengan tuntutan pasar/konsumen.
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat terkait dengan kualitas sumber daya manusianya. Membangun sumber daya manusia secara optimal merupakan dambaan setiap bangsa khususnya di Sulsel sebagai upaya menjaga kelangsungan hidup secara berkualitas diantara kehidupan bangsa-bangsa lainnnya dimuka bumi ini. Pembangunan sektor pendidikan masih menjadi utama terkait dengan peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Demikian pula dengan Pemerintah Republik Indonesia, pembangunan sektor pendidikan menjadi prioritas utama. Pemerintah telah berupaya mengoptimalkan dan memaksimalkan kapasitas sumber daya manusia Indonesia melalui sektor pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Salah satu jalur pendidikan formal yang menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja dan industri adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pengembangan program pendidikan tingkat SMK diharapkan dapat secara maksimal menyiapkan sumber daya manusia yang siap memasuki dunia kerja dan industri. Kesenjangan antara industri dan sekolah selalu menjadi kendala dalam pengembangan pendidikan tingkat SMK. Industri berorentasi pada peningkatan kualistas produksi barang dan jasa sehingga peralatan produksi barang dan jasa serta kompetensi tenaga kerjanya selalu kekinian, sementara di SMK peralatan, kompetensi guru dan pengelolaan tidak berbasis industri. Model pembelajaran Teaching Factory merupakan salah stau model pembelajaran yang dapat mengantarkan guru dan siswa belajar sebagaimana bekerja di Industri
Menurut hemat penulis, sangat penting untuk pengembangan SMK adalah penerapkan Model pembelajaran Teaching Factory (TEFA). Model pembelajaran teaching factory adalah suatu model pembelajaran mengadopsi kegiatan yang ada di industri. Siswa diajarkan membuat benda jadi barang dan jasa menggunakan standar industri baik dari sisi kualitas desain barang dan jasa maupun dari sisi kualitas proses dari barang dan jasa. Manajemen sekolah pun secara komitmen juga terlibat dalam membuat tata kelola teaching factory sehingga tercipta suasana industri yang dikemas dalam model pembelajaran.
Keberadaan SMK saat ini dinilai masih kurang dalam penyiapan lulusannya sebagai tenaga siap pakai. Hal di atas menunjukkan belum maksimalnya link and match antara sekolah dan industri sehingga lulusan SMK belum maksimal terserap di dunia industri, kompetensi lulusan SMK yang diharapkan oleh industri belum terbentuk dengan baik. Kompetensi yang diharapkan oleh industri adalah keterampilan sesuai dengan bidangnya (hard skill) dan kompetensi sikap, kerjasama, motivasi yang tergolong dalam soft skill. Rata-rata sekolah yang ada di Indonesia belum membentuk lulusannya untuk mempunyai dua keterampilan di atas dan pada akhirnya lulusannya akan sulit bersaing di dunia kerja. Berdasaran permasalahan di atas maka akan muncul pertanyaan bagaimana cara yang harus dilakukan SMK untuk memperkecil jarak kompetensi antara lulusan SMK dengan kebutuhan industri. Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam pengembangan SMK agar tidak terjadi kesenjangan antara kompetensi di industri dan kompetensi di sekolah adalah penerapan “Model Pembelajaran Teaching Fcatory (TEFA)”
Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) menempatkan Model Teaching Factory sebagai Model Pembelajaran yang direkomendasikan. Teaching Factory dapat didefinisikan sebagai konsep model pembelajaran berbasis industri (produk dan jasa) melalui sinergi sekolah dengan industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan pasar. Konsep pembelajaran berbasis industri berarti bahwa setiap produk praktik yang dihasilkan adalah sesuatu yang berguna dan bernilai ekonomi atau daya jual dan diterima oleh pasar. Sinergi antara SMK dengan industri merupakan elemen kunci sukses utama dalam teaching Factory, dimanaTeaching Factory akan menjadi sarana penghubung untuk kerjasama antara sekolah dan industri (7:2016). Menurut Paidi S.Pd, M.TPd Teaching Factory adalah suatu konsep pembelajaran dalam suasana sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan pengetahuan sekolah. Program Teaching Factory (TEFA) merupakan perpaduan pembelajaran yang sudah ada yaitu Competency Based Training (CBT) dan Production Based Training (PBT), dalam pengertiannya bahwa suatu proses keahlian atau keterampilan (life skill) dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan pasar/ konsumen. Teaching Factory Sebagai Pendekatan Belajar di SMK. Posted on June 19, 2013 by Admin Diknas Kota Benkulu. Sedangkan menurut P28:idiwinata Proses pembelajaran teaching factory berada dalam situasi yang sebenarnya seperti di dunia usaha maupun industri. Pembelajaran teaching factory menuntut setiap orang yang terlibat untuk bersikap profesional dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang ilakukannya walaupun masih dalam lingkup yang kecil.Profesionalisme pengelolaan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, kontrol, dan evaluasi memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam pembelajaran ini. Pengelolaan yang serius dengan menerapkan standar manajemen yang baik seperti layaknya DU/DI akan membuat pembelajaran teaching factory berjalan efektif dan efisien.(28:2012).
Program Teaching Factory di SMK adalah melakukan realisasi produk dalam sistem pembelajaran, sedangkan secara khusus bertujuan antara lain:
Mempersiapkan lulusan SMK menjadi pekerja, dan wirausaha;
Membantu siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya.
Menunjukan bahwa learning by doing sangat penting bagi efektivitas pendidikan dan menumbuhkan kreativitas.
Mendefinisikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK
Membantu siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang aktual, dll
memberi kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya sehingga dapat membuat keputusan tentang karier yang akan dipilih.
Memberi kesempatan kepada guru SMK untuk memperluas wawasan instruksional
Memberi kesempatan kepada guru SMK untuk membangun jembatan instruksional antara kelas dan dunia kerja
Membuat pembelajaran lebih menarik dan memotivasi siswa belajar.
Menyadarkan siswa SMK bahwa dalam penguasaan keterampilan tidak hanya mempraktikan soft skills (bekerja dlm tim, komunikasi dll), tetapi juga merealisasikan pengetahuan secara langsung dan latihan bekerja untuk memasuki dunia kerja
Secara nyata sarana pelatihan dan praktik berbasis produksi secara langsung bagi siswa SMK yang berorientasi pada pasar.
Prinsip-prinsip dasar yang harus dimiliki oleh SMK dalam melaksanakan program Teaching Factory:
Adanya integrasi pengalaman dunia kerja ke dalam kurikulum SMK.
Semua peralatan dan bahan serta pelaku pendidikan disusun dan dirancang untuk melakukan proses produksi/layanan jasa dengan tujuan untuk menghasilkan produk (barang atau jasa)
Adanya perpaduan dari pembelajaran berbasis produksi dan pembelajaran kompetensi.
Dalam pembelajaran berbasis produksi, siswa SMK harus terlibat langsung dalam proses produksi, sehingga kompetensinya dibangun berdasarkan kebutuhan produksi. Kapasitas dan jenis produksi menjadi kunci utama keberhasilan pelaksanaan pembelajaran berbasis produksi,
Dalam Teaching Factory, SMK melaksanakan kegiatan produksi atau layanan jasa yang merupakan bagian dari proses belajar dan mengajar. Dengan demikian SMK diharuskan memiliki sebuah ruang praktik/workshop atau unit usaha untuk kegiatan pembelajaran.
Berikut langkah-langkah pelaksanaan Teaching Factory di SMK
Penyusunan School Bisnis Plan (SBP)
Penyusunan pedomam tata kelola Teaching factory (TEFA)
Penentuan produk barang/jasa teaching factory
Analisa produk barang/jasa
Pembuatan matrix produk barang/jasa
a). Analisa harga bahan
b). Analisa waktu pengerjaan
c). Penyusuan desaian kualitas produk barang/Jasa
d). Penyusunan desain Kualitas proses produksi barang/jasa
Penyusunan blok sistem
Penyusunan TP ,ATP dan job sheet
Pelaksanaan Pembelajaran
Untuk pengembangan SMK di Provinsi Sulsel Perlu segera diilaksanakan penerapan Model pembelajaran Teaching Factory (TEFA) di seluruh SMK agar tidak terjadi kesenjangan antara industri dan sekolah, dan kebutuhan tenaga kerja siap pakai di industri dapat dipenuhi, diperlukan kebijakan khusus daro Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel dalam mengembangkan SMK, agar semua SMK menerapkan model Pembnelajaran Teaching Factory (TEFA).#