Budaya & Sastra

Melestarikan Warisan Kuliner dan Budaya Bugis-Makassar

Oleh : Syamsud (Guru SMAN 14 Gowa)

Kue-kue tradisional Bugis-Makassar merupakan bagian dari kekayaan kuliner nusantara yang memiliki sejarah panjang dan nilai budaya yang tinggi. Sebagai salah satu daerah yang kaya akan tradisi, Bugis-Makassar memiliki berbagai jenis kue khas yang beragam, mulai dari Barongko, Cucuru’ (kue cucur), hingga Jalangkote dan Putu Cangkirik. Kue-kue ini tidak hanya menyajikan kelezatan rasa yang otentik tetapi juga merefleksikan nilai budaya serta filosofi yang diwariskan secara turun-temurun. Sayangnya, kue-kue tradisional ini kini mulai terpinggirkan dan menghadapi tantangan besar untuk terus bertahan di tengah derasnya arus modernisasi dan perubahan selera masyarakat.

Salah satu tantangan yang dihadapi kue-kue tradisional Bugis-Makassar adalah perubahan pola konsumsi masyarakat, khususnya generasi muda. Banyak generasi muda yang lebih memilih makanan modern atau produk dari budaya populer, seperti kue-kue ala barat atau jajanan Korea yang kini sedang naik daun. Akibatnya, kue tradisional yang memiliki rasa khas dan tekstur unik sering kali dianggap ketinggalan zaman dan kurang diminati. Padahal, jika dilihat dari segi kandungan dan manfaatnya, kue-kue tradisional ini banyak yang dibuat dari bahan-bahan alami seperti kelapa, gula merah, dan beras ketan, yang tentunya lebih sehat dibandingkan jajanan cepat saji atau makanan olahan modern.

Baca Juga

Selain itu, masalah keterbatasan bahan baku juga menjadi hambatan dalam memproduksi kue-kue tradisional ini. Beberapa bahan khas seperti kelapa parut, sagu, dan daun pisang semakin sulit didapat, terutama di daerah perkotaan. Selain bahan baku, proses pembuatan kue tradisional Bugis-Makassar yang cukup memakan waktu dan membutuhkan keterampilan khusus juga menjadi kendala tersendiri. Beberapa kue, seperti Barongko dan Putu Cangkiri, memerlukan teknik pembuatan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sayangnya, minimnya dokumentasi resep dan teknik pembuatan ini membuat banyak generasi muda enggan untuk belajar dan melanjutkan tradisi tersebut.

Masalah lain yang tak kalah penting adalah kurangnya inovasi dalam penyajian dan promosi kue tradisional Bugis-Makassar. Di tengah persaingan pasar yang semakin ketat, kue-kue tradisional ini sering kali kalah saing dari segi kemasan dan penampilan dibandingkan dengan kue-kue modern yang tampak lebih menarik dan estetik. Promosi kue tradisional di media sosial pun masih minim, sehingga banyak masyarakat, terutama di luar Sulawesi Selatan, belum mengenal dan mencicipi kue-kue ini.

Meskipun demikian, harapan untuk melestarikan kue-kue tradisional Bugis-Makassar masih ada. Upaya untuk memperkenalkan dan mempromosikan kue tradisional ini bisa dilakukan melalui beberapa cara, seperti inovasi dalam penyajian dan pengemasan, pemanfaatan media sosial, serta penyelenggaraan acara kuliner khas daerah. Generasi muda perlu didorong untuk ikut serta dalam melestarikan warisan kuliner ini, baik dengan cara mempelajari resep asli maupun melakukan inovasi yang tetap menjaga keaslian rasa. Selain itu, keterlibatan pemerintah dan komunitas budaya juga penting untuk mendukung keberlangsungan kuliner tradisional ini agar tetap hidup dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

 Secara keseluruhan, kue-kue tradisional Bugis-Makassar adalah bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat Sulawesi Selatan. Melalui upaya pelestarian yang melibatkan semua pihak, kue-kue ini tidak hanya akan terus dikenal dan dicintai, tetapi juga mampu memberikan kontribusi dalam melestarikan kekayaan budaya Indonesia. Semoga kue-kue tradisional Bugis-Makassar tetap lestari dan menjadi bagian dari warisan yang selalu dapat dibanggakan oleh generasi penerus.#*

Facebook Comments
What's Your Reaction?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Adblock Terdeteksi !

Maaf Matikan dulu Adblock anda