PEMBELAJARAN ONLINE DIMASA PANDEMI COVID-19
Dr. Sarifuddin, S.Pd., M.M.
Widyaiswara Ahli Madya
sarifuddin.arief@gmail.com
Abstrak
Salah satu dampak pandemi Covid-19 pada dunia pendidikan adalah bahwa sistem pembelajaran klasikal seperti biasa tidak dapat dilaksanakan karena terkendala oleh protokol kesehatan penanganan Covid-19. Untuk mengantisipasi hal ini, pembelajaran online harus dilakukan. Ini menghasilkan perubahan dalam proses pembelajaran seperti kemungkinan tidak ada guru di kelas. Pembelajaran online tidak lagi tergantung pada guru sebagai satu-satunya sumber belajar, dan pembelajaran dapat berlangsung kapan saja dan di mana saja, dan proses pembelajaran tidak lagi dalam bentuk komunikasi verbal antara guru dan peserta didik. Untuk mencapai kesuksesan, penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pendidikan didukung oleh penggunaan Internet sebagai bagian integral di dalamnya. Pembelajaran online, membutuhkan manajemen yang baik dan optimal, untuk memastikan bahwa tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran online memiliki banyak permasalahan diantaranya infrastruktur, jaringan, kemampuan untuk menggunakan IT dan keterbatasan georafis. Untuk itu, seluruh stakeholder pendidikan perlu menyiapkan infrastruktur yang dapat menghasilkan efektivitas dan efisensi pembelajaran onlineditengah pandemi Covid-19.
Kata Kunci:Pembelajaran Online, Covid-19
1. Pendahuluan
Pandemic Covid-19 telah menyebabkan dunia mengalami masalah, terutama dalam aspek kehidupan. Kondisi ini telah memaksa manusia untuk menghentikan berbagai aktivitas yang sebelumnya bebas dilakukan. Beberapa kebijakan baru dikeluarkan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19. Kebijakan tersebut adalah “menjaga jarak”, “tetap di rumah” dan “cuci tangan”. Ruang terbatas memaksa keberadaan sistem online dalam kehidupan sehari-hari seperti berbelanja, bekerja, dan belajar menjadi solusi yang tepat. Khususnya di dunia pendidikan, proses pembelajaran klasikal dibatasi oleh larangan berkumpul. Oleh karena itu, model pembelajaran online akhirnya menjadi pilihan yang tepat, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang tidak dapat dicapai melalui proses pembelajaran klasikal. Namun demikian, masih ada masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran online, seperti faktor jaringan, ketersediaan gadget dan terbatasnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Namun kerja keras semua pihak, baik guru maupun peserta didik, merupakan faktor penentu bagi keberhasilan model pembelajaran onlinedi tengah pandemi Covid-19.
2. Metode
Kajian ini adalah studi analitik-logis yang dilakukan melalui analisis konten, penelitian dokumenter dan perpustakaan. Analyticalthinking diperlukan terutama dalam menyelesaikan suatu masalah. Namun, teknik dan kerangka kerja yang sistematis diperlukan untuk mempercepat penemuan solusi untuk masalah tersebut. Analysis adalah proses yang dilakukan dengan hati-hati dengan membagi masalah melalui aplikasi teknis analisis dan penerapan pengetahuan yang sesuai. Misalnya, menganalisis fakta memerlukan bukti hipotesis.
Hari demi hari jumlah orang yang terpapar Covid-19 meningkat, meskipun di beberapa daerah mengalami penurunan yang dapat dilihat dari kurva statistik. Bahaya Covid-19 adalah transmisi yang lebih cepat dan lebih mudah daripada wabah SARS yang melanda dunia pada tahun 2003. Pemerintah telah mengantisipasi pandemi Covid-19 dengan menyediakan pembelajaran online di media elektronik. Di Provinsi Sulawesi Selatan data peserta didik yang akan mendapatkan pembelajaran online menunjukkan angka yang sangat signifikan di semua jenjang pendidikan seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama/sederajat, dan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan. Distribusi data peserta didik adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Kondisi Peserta didik di Sulawesi Selatan
No | Satuan Pendidikan | Negeri | Swasta | Jumlah |
1. | PUAD | 25.309 | 24.701 | 50.010 |
2. | Sekolah Dasar | 46.1082 | 424.622 | 885.704 |
3. | Sekolah Menengah Pertama | 180.763 | 181.200 | 361.963 |
4. | Sekolah Menengah Atas | 99.512 | 126.471 | 225.983 |
5. | Sekolah Menengah Kejuruan | 76.086 | 55.306 | 131.374 |
6. | Sekolah Luar Biasa | 2.636 | 1.815 | 4.451 |
Jumlah | 845.388 | 814.115 | 1.659.485 |
Sumber : Neraca Pendidikan 2019
Data di atas menunjukkan bahwa ada 1.659.485 peserta didik yang akan menerima sistem pembelajaran online. Ini membutuhkan infrastruktur dan sumber daya maksimal dari semua stakeholder pendidikan. Distribusi peserta didik di Sulawesi Selatan tidak merata dan bahkan di daerah terpencil yang memiliki keterbatasan akses terbatas karena faktor geografis.
3. Hasil dan Pembahasan
Definisi pembelajaran online sangat beragam yang mungkin berbeda satu sama lain, tetapi satu hal yang sama tentang pembelajaran online adalah belajar melalui layanan bantuan elektronik. Pada dasarnya pembelajaran online adalah pembelajaran yang mewakili seluruh kategori pembelajaran berbasis teknologi. Sedangkan pembelajaran berbasis web adalah bagian dari pembelajaran online. Namun seiring dengan perkembangan teknologi dan pergeseran konten dan adaptasi, sekarang definisi klasik dari pembelajaran online telah berubah menjadi definisi yang lebih kontemporer, yang merupakan manajemen pembelajaran melalui internet atau media web yang mencakup aspek materi, evaluasi, interaksi, komunikasi dan kolaborasi (Surjono, 2009).
Dengan pembelajaran online guru menjadi tuan rumah dalam pembelajaran tanpa harus membayar. Ini dapat dilakukan secara virtual, menggunakan aplikasi. Jadi, bisa dibayangkan guru seolah-olah secara fisik hadir di ruangan. Manfaat tambahan adalah bahwa kita dapat mengulangi pembelajaran dan mendapatkan lebih banyak dari pembelajaran online. Peserta didik yang tidak hadir dapat melihat rekaman, atau memutar kembali untuk meningkatkan pemahaman mereka.
Meskipun pembelajaran online memberikan banyak manfaat, tidak dapat disangkal ada beberapa kelemahannya. Keterampilan yang membutuhkan latihan agak sulit diperoleh dari sumber online. Seperti belajar di sekolah kejuruan dengan materipelajaran praktik membuat meja kayu adalah sesuatu yang dapat dengan mudah dibagikan informasi, dengan merekam video, dan menjelaskan, tetapi membutuhkan latihan, karena pengalaman sangat penting.
Workfromhome (WFH) adalah bentuk imbauan pemerintah untuk menghentikan penyebaran pandemi Covid-19. WFH diterapkan hampir di semua lembaga termasuk lembaga pendidikan. Untuk lembaga pendidikan, WFH ini berarti proses kegiatan belajar mengajar yang biasanya dilakukan di ruang kelas secara langsung sekarang dihentikan sementara dan diganti dengan proses belajar mengajar menggunakan sistem online.
Peserta didik dan guru terus melakukan pembelajaran seperti biasa, hanya dilakukan di ruang terpisah di rumah masing- masing. Sekilas, mudah dilakukan dengan memiliki fasilitas yang cukup seperti smartphone, kuota dan jaringan pendukung. Oleh karena itu, perlu dikondisikan karakteristik pembelajaran onlineadalah menciptakan lingkungan belajar yang fleksibel dan terdistribusi (Surjono, 2009).
Beberapa institusi telah mendiskusikan dan mereka memilih pembelajaran online tetapi ini bertentangan dengan pedagogi (Gregory & Salmon, 2013; Jaques& Salmon, 2007; Kirkwood&Price, 2014). Memang, setelah beberapa minggu belajar online, semua masalah dan hambatan mulai muncul. Di antaranya tidak semua peserta didik memiliki smartphone. Selain itu, keterbatasan kuota dan jaringan yang tidak mendukung juga menjadi kendala. Jaques dan Salmon (2007) menggambarkan pentingnya memahami kemampuan peserta didik dan kemampuan guru yang setara dalam penguasaan teknologi.
Kendala lain adalah kemampuan terbatas untuk menguasai teknologi, meskipun sering dianggap bahwa teknologi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran (Kirkwood&Price, 2014). Pembelajaran onlinedapat dilakukan oleh guru yang menguasai teknologi. bagaimana dengan guru yang belum menguasai teknologi? tentu saja membutuhkan bantuan akademik untuk berkonsentrasi pada teknologi pembelajaran (Kirkwood&Price, 2014). Dengan kendala ini tentunya akan menghambat proses pembelajaran online.
Masih banyak kendala lain yang muncul seperti ketika sistem online digunakan. Materi yang disampaikan tidak sepenuhnya dipahami oleh peserta didik. Peserta didik bingung menerima materi yang disampaikan oleh guru. Meski pembelajaran dilakukan menggunakan video call, namun tetap tidak seefektif yang dibayangkan. Pembelajaran onlinetidak dapat dianggap berhasil tanpa dukungan pembelajaran kolaboratif (Graham &Misanchuk, 2004).
Hambatan untuk partisipasi peserta didik dalam pembelajaran online dapat dialami dalam pemberian tugas (Davidson, 2015; Graham &Misanchuk, 2004; Jaques& Salmon, 2007). Banyak guru merasa khawatir dan tidak siap untuk mengajar online terutama karena mereka sendiri mungkin masih belajar menggunakan beberapa infrastruktur pendukung (Jaques& Salmon, 2007; Little-Wiles&Naimi, 2011; Rucker&Downey, 2016; Schmidtetal., 2016 ; Thorsteinsson, 2013). Oleh karena itu, pembelajaran online membutuhkan keahlian dan kompetensi guru sehingga hasil pembelajaran dapat diperoleh dengan optimal (Jacques& Salmon, 2007; Salmon, 2011, 2014).
4. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran online adalah proses pembelajaran yang memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi. Pembelajaran online memungkinkan guru dan peserta didik untuk tidak perlu berada di tempat dan waktu yang sama untuk melaksanakan pembelajaran.
Keberhasilan menggunakan pembelajaran online sangat dipengaruhi oleh guru dan peserta didik dan fasilitas teknologi yang dibutuhkan. Ini dapat dipahami karena pembelajaran online membutuhkan aplikasi yang didukung infrastruktur, lembaga pendidikan, guru, dan peserta didik.
Dengan semua kemudahan dan keuntungan yang disediakan oleh aplikasi pembelajaran online, itu tidak boleh diartikan dapat menghilangkan atau menggantikan peran seorang guru dalam pembelajaran. Perlu dipahami bahwa teknologi internet hanya bertindak sebagai media yang jika digunakan dalam pembelajaran akan banyak membantu, tetapi penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran tidak dapat mengambil alih seluruh peran guru. Harus juga disadari bahwa kunci utama dalam proses pembelajaran adalah pendidikan itu sendiri, yang mengandung interaksi, baik guru dan peserta didik dan peserta didik dan peserta didik. Peran seorang guru tidak dapat digantikan oleh teknologi.
Untuk menggunakan pembelajaran online, satuan pendidikan, guru dan peserta didik perlu menyiapkan infrastruktur yang memadai, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Akhirnya, terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam pelaksanaan pembelajaran onlineditengah pandemi Covid-19.
Daftar Pustaka
Davidson, R. (2015). Wiki usethatincreasescommunicationandcollaborationmotivation. JournalofLearning Design, 8(3), 94–105.
Graham, C. R., &Misanchuk, M. (2004). Computer-mediatedlearninggroups: Benefitsandchallengestousinggroupwork in onlinelearningenvironments. In T. S. Roberts (Ed.), Online CollaborativeLearning: TheoryandPractice (pp. 181–202). Hershey, PA: Idea Group.
Gregory, J., & Salmon, G. (2013). Professional developmentforonlineuniversityteaching. DistanceEducation, 34(3), 256–270. doi: 10.1080/01587919.2013.835771.
Jaques, D., & Salmon, G. (2007). Learning in groups: A handbookforface-to-faceandonlineenvironments. Abingdon, UK: Routledge.
Kirkwood, A., &Price, L. (2014). Technology-enhancedlearningandteaching in highereducation: Whatis ‘enhanced’ andhowdoweknow? A criticalliteraturereview. Learning, Media and Technology, 39(1), 6–36. doi:10.1080/17439884.2013.770404.
Little-Wiles, J., &Naimi, L. L. (2011). Facultyperceptionsofandexperiences in usingtheblackboardlearningmanagementsystem. ConflictResolution&NegotiationJournal, 4(1), 1– 13.
Rucker, R., &Downey, S. (2016). Facultytechnologyusageresultingfrominstitutionalmigrationto a newlearningmanagementsystem. Online JournalofDistanceLearningAdministration. Retrievedfromhttp://www.westga.edu/~distance/ojdla/spring191/rucker_downey191.html.
Salmon, G. (2011). E-moderating: The keytoteachingandlearningonline (3rd ed.). London: Routledge.
Salmon, G. (2014). Learninginnovation: A frameworkfortransformation. EuropeanJournalof Open, Distanceand e-Learning, 17(1), 219–235.
Schmidt, S. W., Tschida, C. M., &Hodge, E. M. (2016). Howfacultylearntoteachonline: Whatadministratorsneedtoknow. Online JournalofDistanceLearningAdministration. Retrievedfromhttp://www.westga.edu/~distance/ojdla/spring191/schmidt_tschida_hodge191.htm.
Surjono, Herman. (2009). Pengantar E-learning dan Penyiapan Materi Pembelajaran. [online]. Tersedia: http://blog.uny.ac.id/hermansujono files/2009/02/pengantar-elearning-dan-penyiapan-materi.pdf. [Tanggal diakses: 3 Mei 2016].
Thorsteinsson, G. (2013). Examiningteachers’ role in using virtual learningenvironmenttosupportconventionaleducation in Icelandicschools. JournalofEducational Technology, 10(2), 15–20.